Menurut dia, serapan KUR selama tahun 2009 hanya mencapai 55,7 persen atau Rp14,48 miliar. Padahal saat itu ditargetkan mencapai Rp 26 miliar. Meski demikian jumlah kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Pacitan paling rendah di Jawa Timur.
Emiliana menjelaskan ada dua jenis KUR yang tawarkan BRI, yakni KUR mikro dan retail. KUR mikro rata-rata dengan nilai Rp 5 juta yang digunakan untuk modal kerja. Kredit dikenakan bunga 1,125 persen per bulan dan masa angsuran dua hingga tiga tahun. Sedangkan KUR retail diperuntukkan bagi koperasi dan lembaga simpan pinjam dengan dana kredit maksimal Rp 500 juta.
Untuk tahun 2010 Emiliana optimistis target yang sudah ditetapkan bisa tercapai. Untuk bulan Pebruari saja kredit yang sedang berjalan (outstanding) sudah mencapai Rp 13,35 miliar.
Asisten Manajer Bisnis Mikro BRI Pacitan Djoko Suprianto menjelaskan, untuk meningkatkan serapan kredit, BRI lebih longgar dalam menerapkan syarat bagi debitur. Selain itu, masa angsuran juga boleh diperpanjang. "Untuk tahun ini, masa angsuran diperbolehkan maksimal sampai enam tahun," katanya.
Hingga Desember 2009, jumlah nasabah debitur KUR BRI Pacitan 6.235 orang dan per Pebruari 2010 6.020 orang. Mayoritas debitur adalah pedagang kecil, nelayan, pengusaha industri rumah tangga. Untuk melayani nasabah terdapat 17 unit BRI, dua teras BRI, dan delapan ATM yang tersebar di 12 kecamatan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Penanaman Modal Kabupaten Pacitan Edy Junan Ahmadi, menyambut baik kelonggaran syarat bagi debitur yang ditentukan BRI tahun ini. "Semoga serapan KUR meningkat dibanding tahun lalu. Sebab selama ini syaratnya terlalu ketat dan perbankan sangat berhati-hati sehingga sedikit yang bisa menikmati KUR," ucapnya. ISHOMUDDIN.