Saat ini, hewan ternak dan lontar yang laku Rp 3000/batang daun sudah tidak ada yang bisa dijual lagi oleh warga setempat. Sedang desa belum juga menerima bantuan beras atau apapun. Untuk membeli beras miskin seharga Rp 1600/kg pun Desa Palakahembi tergolong tidak mampu--bersama 13 desa lainnya di Sumba Timur.
"Ubi iwi akan menjadi makanan alternatif terakhir bagi warga jika bencana kelaparan ini berkepanjangan," kata Kepala Desa Palakahembi, Mata Yiwa, 46, ketika ditemui di kediamannya, Sabtu (10/4).
Mata mengatakan, tidak gampang mengolah ubi iwi hingga siap dikonsumsi. Jika tidak teliti maka nyawa akan melayang karena keracunan ubi tersebut.
Untuk mendapatkannya diperlukan setengah hari perjalanan ke dalam hutan. Menggalinya juga harus hati-hati karena ubi tersebut berduri dan bernanah yang bisa melukai tangan.
Ubi iwi yang telah dikupas di iris hingga kecil-kecil dan direndam di aliran sungai yang deras selama dua sampai tiga hari, sehingga racun yang terkandung dalam ubi tersebut terbawa oleh arus. Ubi yang telah direndam kemudian dijemur lagi dibawah sinar matahari selama satu hari, baru setelahnya bisa ditumbuk hingga hancur untuk dibuat bubur.
Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora mengatakan kalau ubi iwi sudah biasa dijadikan makanan cadangan warga Sumba Timu. Hampir setiap rumah tangga, menurut dia, pasti menyimpan ubi iwi. "Biar disimpan bertahun-tahun ubi iwi tersebut tidak akan rusak. Walaupun masih diolah secara tradisional," kata dia.
YOHANES SEO