Kawasan yang tanaman padinya terancam puso meliputi tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Parengan, Merakurak, Rengel, Jenu, Soko, Palang dan Kecamatan Plumpang. Total kerugian, seperti taksiran Dinas Pertanian setempat mencapai Rp 1 miliar.
Selain yang terancam puso, sekitar 400 hektare mengalami rusak berat, dan rusak ringan. Banjir juga merusak benih padi.
Menurut Suwiji, petani di Kecamatan Soko, tanaman padinya yang baru umur 70 hari di areal seluas 1,5 hektare mengalami rusak berat. ”Yang tersisa hanya sekitar 25 persen,” ujarnya, Senin (12/4). Dia sudah menghabiskan dana Rp 17 juta untuk berbagai kepeluan menanam padinya, termasuk biaya pupuk dan jasa penggarapan.
Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tuban Sudarmudji, luas areal padi yang terancam puso bisa bertambah. Sebab musim hujan belum selesai dan ancaman terjadi banjir masih berpeluang. “Ya, kita berharap tidak lagi terjadi banjir,” ucapnya.
Sebelumnya, pada saat terjadi bencana banir pertengahan Februari lalu, luas areal tanaman padi yang terendam 1.338 hektare. 198 hektare di antaranya gagal panen atau puso. Tanaman padi yang terendam rata-rata baru berusia 15-30 hari. SUJATMIKO.