TEMPO Interaktif, Tangerang - Aktifitas warga Kampung Lebakwangi, Kelurahan Neglasari, Kota Tangerang terhenti sehubungan dengan rencana penggusuran perkampungan itu. "Semua aktifitas dihentikan. Semua warga fokus hadapi penggusuran," ujar Edie Lim Kheng Chie, Ketua Rukun Tetangga setempat pagi ini. Menurut Edi, warga yang biasanya berdagang, bersekolah, bekerja di pabrik mie dan pabrik tekstil yang ada di sana semuanya dihentikan hingga tiga hari ke depan.
Meliana, 50, misalnya, tak berdagang dan membuat kue. Ia bersama ratusan ibu lainnya bersiap menghadang polisi Pamong Praja yang akan menggusur mereka siang ini. "Kami solider dan harus bersatu," katanya berteriak. Padahal, dari pekerjaanya itu ibu lima anak ini menghasilkan Rp 30 ribu per hari.
Warga Kampung Lebakwangi akan mempertahankan tanah dan rumah mereka dari penggusuran. Kalau pun akan digusur, mereka menuntut ganti rugi kepada pemerintah setempat. Menurut Iwan Hatta, warga RT04, RW02, mencari rumah sekarang ini tidak mudah. Apalagi pemerintah tidak mau memberikan uang pindah. “Kami sadar banyak rumah yang tidak punya surat. Tapi Walikota harusnya melihat dulu sejarah warga tinggal di sini,” katanya.
Warga lainnya menambahkan, saat pemilihan kepala kota Tangerang beberapa tahun lalu, warga di pemukiman ini dijanjikan akan ditingkatkan kesejahteraannya jika memilih Wahidin Halim sebagai walikota. “Kini jangankan sejahtera, rumah yang kita tempati malah mau digusur,” kata Apok.
Menghadapi Satpol PP itu juga warga mempersiapkan diri sejak pagi. Solidaritas juga ditunjukkan sejumlah perusahaan yang berada di seberang sungai dengan meliburkan karyawannya karena sebagian besar juga berasal dari Kelurahan Neglasari.
JONIANSYAH