Menurut dia, sejumlah televisi swasta terbukti terus menerus menayangkan situasi kekerasan berdarah yang dilakukan kedua belah pihak. "Tayangan itu memunculkan anggapan bahwa kekerasan terus menerus terjadi," kata Prijanto kepada Tempo di ruang kerja Wali Kota Jakarta Utara malam ini.
Apalagi, kabar mengenai jumlah korban tewas dan luka juga simpang siur sehingga menjadi pemicu kekerasan berikutnya. "Sehingga memicu emosi dan mengundang massa lebih banyak," ujarnya. Itu sebabnya, Prijanto mengimbau seluruh media, baik eletronik maupun cetak agar menyaring pemberitaan tragedi eksekusi makam Mbah Priuk. "Saya juga berharap judul berita di koran tidak keras," katanya.
WAHYUDIN FAHMI