Isi surat khusus itu menuding cara-cara Amerika Serikat dan NATO menangani terorisme di kawasan itu telah gagal dan disebutkan agar Ban, sebagai Sekretaris Jenderal PBB, membuat sebuah penyelidikan yang hasilnya bakal dipaparkan di hadapan Majelis Umum PBB, yang beranggotakan 192 negara.
Pasukan militer yang dipimpin Amerika menginvasi Irak pada 2003 untuk mengakhiri kekuasaan Saddam Hussein, tapi belakangan jadi berkepanjangan dalam perang melawan Al-Qaidah dan gerilyawan lain. Di Afghanistan, terdapat hampir 120 ribu tentara asing bekerja di bawah NATO, yang memimpin International Security Assistance Force (ISAF) menghadapi kekuatan Taliban.
Ahmadinejad mengatakan, hasil dari kehadiran tentara Barat adalah "hampir sejuta orang" terbunuh, terluka atau mengungsi, budidaya opium terlarang meningkat, "dan komunitas lokal kita terus hidup di bawah bayang-bayang ancaman."
"Kami telah menekankan berulang kali dan menentang bahwa penyelesaian masalah di daerah kami tak butuh tindakan atau pengerahan ekspedisi militer skala besar," ujar Ahmadinejad, yang negaranya berbatasan di timur dengan Afganistan dan Irak di sebelah barat.
"Yang mulia, Anda setidaknya diharapkan untuk menunjuk sebuah tim pencari fakta independen yang dipercaya oleh negara-negara di kawasan itu, untuk memulai penyelidikan komprehensif tentang tujuan-tujuan utama kehadiran militer NATO di Afghanistan dan Irak, metode-metode yang digunakan, serta hasil dari kehadiran dan keterlibatan mereka," tulis Ahmadinejad kepada Ban.
Media Iran, mengutip dari surat Ahmadinejad, juga menulis bahwa sang presiden meminta investigasi atas serangan teroris 11 September ke Amerika Serikat, disebutkan mereka telah dipakai sebagai alasan untuk perang di Afghanistan dan Irak. Tapi teks dari surat yang didistribusikan ke media di New York oleh utusan Iran di PBB itu tak mengandung desakan soal 11 September. Yang pasti, juru bicara PBB, Farhan Haq, kemarin mengatakan Ban tengah mempelajari surat tersebut.
Rencana NATO untuk melancarkan operasi masif di selatan Afghanistan mulai Juni mendatang tercoreng. Setelah kasus salah tembak dua pekan lalu, kemarin dinihari tentara NATO memberondong sebuah bus yang menewaskan empat warga sipil, termasuk seorang perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 12 orang.
Insiden Distrik Zhari, di jalan di luar Kota Kandahar itu, memicu kemarahan warga. Para tetua di Kandahar--lokasi operasi NATO bakal difokuskan--menyebut kini cuma segelintir warga yang percaya pasukan koalisi. "Operasi belum dimulai, tapi saban hari mereka membunuhi warga sipil," kata Haji Wali Jan. "Tak tahukah mereka bus itu penuh warga sipil? Jika mereka takut menghadapi sebuah bus, bagaimana mereka melanjutkan operasi di Kandahar?"
Serangan brutal atas bus sipil itu hanyalah satu dari serangkaian panjang insiden berdarah lantaran pasukan asing tak sengaja membunuh warga sipil.
Di Kabul, Presiden Afghanistan Hamid Karzai--yang menangis di depan umum seraya menuntut NATO harus menghentikan membunuhi warga tak bersalah--kemarin mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan tersebut dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Pasukan ISAF membenarkan bahwa empat warga sipil, termasuk seorang perempuan, tewas ketika "patroli pembersihan rute" menembaki sebuah bus di Distrik Zhari.
"Sebuah kendaraan besar tak dikenal mendekati patroli pembersihan rute ISAF, yang bergerak pelan dari belakang, dengan kecepatan tinggi," ujar pejabat koalisi. "Setelah pemeriksaan, pasukan ISAF menemukan kendaraan adalah bus penumpang."
Reuters/Times Online/Los Angeles Times/dwi arjanto