TEMPO Interaktif, Pacitan -Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Pacitan akan mengembangkan seni wayang beber kedalam berbagai media seni lainnya baik seni lukis, seni tari, drama, dan sebagainya.
Kepala Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Pacitan, Mohmamad Fathoni, mengakui jika pementasan wayang beber selama ini cenderung monoton dan kurang menarik. “Pementasannya cenderung monoton dan membuat penontonnya bosan. Makanya kami akan mengembangkannya untuk ditampilkan dalam seni lukis, seni tari, drama, seni cetak sablon, dan media seni lainnya yang modern dan kontemporer,” ungkapnya, Rabu (14/4).
Pementasan wayang beber memang tidak sekompleks seperti wayang kulit. Sang dalang hanya menceritakan jalan cerita romantika tokoh Panji dan Dewi Sekartaji yang digambarkan dalam beberapa lembar gambar dengan diringi musik gamelan. “Mudah-mudahan jika dituangkan dalam media seni lainnya akan semakin menarik sehingga bisa terus dilestarikan oleh generasi muda,” kata Fatoni.
Apalagi, dalang untuk wayang ini tidak boleh sembarang dilakonkan setiap orang. “Selama ini yang boleh jadi dalang hanya yang satu keturunan dari dalang pertama,” katanya. Hingga kini dalang tua yang berhak memainkan sudah mencapai generasi ke-13 yakni Ki Mardi Guno Carito, yang sudah berumur lebih dari 70 tahun.
Namun untuk tetap melestarikannya, akhirnya dilantik dalang muda meski diluar keturunan dalang pertama. Sang dalang muda, Rudi Prasetyo, menyambut baik pelestarian yang digagas Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga (Disbudparpora) setempat.“Sebab wayang beber merupakan salah satu kesenian asli Pacitan dan generasi muda memang tidak terlalu tertarik. Semoga dengan dikembangkan ke media seni lainnya akan tetap eksis dan lebih menarik,” jelas dalang yang masih berusia 26 tahun ini.
ISHOMUDDIN