TEMPO Interaktif, Jakarta -Suasana di rumah duka Israel Jaya di Jalan Raya Swadaya, Jatibenting, Pondok Gede, Kota Bekasi hari ini terlihat ramai. Dua karangan bunga berwarna hijau kuning berdiri sejajar di ujung gang Swadaya, Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi.
Ukurannya hampir sama 1,5x1 meter, tertulis nama pengirim ucapan belasungkawa Gubernur DKI Fauzi Bowo, dan Wali Kota Jakarta Utara Bambang Sugiyono.
Keduanya menyampaikan ucapan duka terhadap keluarga Israel Jaya, 27 tahun, anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP) yang tewas dalam peristiwa berdarah Tanjung Priok.
Israel bergabung dalam regu Kecamatan Pulogadung. Sejak konflik pecah dipicu penggusuran makam Mbah Priok, dia diperbantukan dalam satuan pengamanan Pol PP Jakarta Utara.
Menurut Kartika, 23 tahun, adik kandung korban, sejak Selasa lalu kakaknya itu tidak pulang ke rumah. "Dia harus siaga di lokasi kejadian," kata Kartika, kepada Tempo, Kamis (15/4).
Israel dikenal sebagai pemuda yang ramah. Di lingkungannya, pria lulusan Sekolah Menengah Atas Budi Mulya Utama, Jakarta Timur, itu lebih dikenal ketimbang kakak maupun adiknya. "Dia paling aktif bergaul ketimbang saudaranya yang lain," kata Dimana Saputra, 35 tahun, tetangga korban.
Israel merupakan anak kedua dari empat bersaudara, anak pasangan Zainal Abidin Simangungsong, 58 tahun, dan Pintauli Pangaribuan, 55 tahun. Kakanya Edward, 29 tahun, dan kedua adiknya Kartika, dan Febriana, 15 tahun.
Israel mendaftar ke Satuan Polisi Pamong Praja, pada 2005 lalu. Namun baru tiga tahun lalu dia resmi diterima, statusnya masih pegawai tidak tetap.Sebulan, Israel menerima upah sekitar Rp 1.650 ribu. Perinciannya, tunjangan kinerja Rp 750 ribu, dan gaji bulanan Rp 900 ribu.
Kabar duka soal kematian Israel diterima Kartika, Kamis tadi pagi pukul 05.39 WIB. Sebuah pesan pendek masuk ke nomor ponselnya, dari Kakaknya Edward yang mengabarkan bahwa Israel menjadi korban dalam bentrokan Priok.
Sebelum tewas, Israel sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara. Karena kondisinya kritis, korban lantas dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Pusat, namun korban tak tertolong. Korban diduga menderita luka berat di bagian kepala, darah mengucur dari bagian telinganya.
Menurut Kartika, kematian kakaknya membuat keluarganya terpukul. Dia kesal, Pol PP tidak dibekali kemampuan dan ketangkasan dalam menghadapi massa brutal. "Hanya dibekali tameng dan pentungan," kata dia. "Saya sama sekali tidak bangga dia meninggal saat bertugas sebagai Pol PP," lanjut Kartika.
Mikron Abadi, 35 tahun, rekan satu regu Israel mengatakan korban adalah pria pendiam. "Sebelum terjun ke lokasi kejadian Selasa malam lalu, saya sempat mengajak dia bercanda," katanya.
Di lokasi konflik, Mikron melanjutkan, suasana sangat mencekam. Massa yang sudah emosi merangsek, mereka melempar batu, membawa golok, besi, balok, dan senjata lainnya. Pasukan Pol PP dipukul mundur, mobil dan truk dibakar. "Saya waktu itu nyopir mobil angkut pasukan dan berhasil keluar dari lokasi konflik," katanya. HAMLUDDIN