Saat itu, pihak sekolah sengaja memberikan langsung amplop pengumuman pada siswa. Siswa yang sejak pagi menunggu dan bersiap konvoi memang membawa helm mereka ke dalam kelas yang berada di lantai atas gedung sekolah.
“Saya nggak lulus,” teriak Eko, salah satu siswa SMK PGRI 2 Ponorogo sambil membanting helmnya dan menangis histeris, Senin (26/4). Bahkan siswa ini berteriak sambil menundukkan setengah badannya di atas pagar pembatas di lantai atas gedung sekolah seakan mau terjun ke bawah.
Perasaan yang sama juga ditunjukkan siswa lain yang bernasib sama. Mereka ada yang menangis histeris karena kecewa dan sempat meronta-ronta. Beberapa teman sekelas dan guru langsung berusaha menenangkan para siswa yang kecewa karena tidak lulus.
“Sudah yang sabar, masih ada kesempatan ujian ulangan,” ujar salah satu guru menghibur muridnya. Bahkan Eko yang tampak emosi dan frustasi sempat memarahi wartawan yang sedang meliput. Para guru langsung mencegah dan mendekapnya sambil diseret ke lantai dasar gedung sekolah untuk ditenangkan.
Pemandangan berbeda ditunjukkan siswa lainnya yang lulus. “Alhamdulillah saya lulus ya Allah,” kata salah satu siswa sambil sujud sukur di lantai ruang kelasnya. Beberapa di antara mereka yang lulus juga berpelukan satu sama lain dengan wajah berseri-seri.
Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, Pirngadi, menjelaskan bahwa para guru sudah berusaha memberikan bimbingan agar para siswa lulus. “Bagi yang tidak lulus, tidak perlu bersedih karena masih ada kesempatan ujian ulangan 10-14 Mei nanti,” jelas dia melalui pengeras suara yang terpasang di setiap kelas jelang pembagian amplop kelulusan kepada siswa.
Tahun ini, dari 460 siswa SMK PGRI 2 Ponorogo yang mengikuti Ujian Nasional, 49 siswa dinyatakan tidak lulus. Sekolah ini termasuk sekolah dengan jumlah siswa yang cukup banyak tidak lulus di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
ISHOMUDDIN