TEMPO Interaktif, Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro meminta warganya bersiap-siap menghadapi banjir menyusul posisi air Bengawan Solo di papan ukur Pasar Besar Bojonegoro mencapai 14.21 phielschaal (siaga dua banjir).
Status siaga dua banjir secara resmi diumumkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bojonegoro. Dengan status siaga dua, air luapan Bengawan Solo sebagian telah masuk ke sejumlah perkampungan penduduk. “Kita sudah mengingatkan ke masyarakat,” tegas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bojonegoro, Kasiyanto pada Tempo, Kamis (29/4) siang.
Luapan Bengawan Solo pada Kamis malam hingga siang bisa jadi membuat masyarakat was-was. Apalagi, cuaca di Bojonegoro kini tengah mendung tebal. Selain itu, posisi air di sejumlah anak Bengawan Solo, seperti Kali Kening, Kali Semarmendem, Kali Batokan, Kali Kalitidu, dan Kali Tobo, juga penuh dengan air.
Sewaktu-waktu, jika hujan turun, ancaman banjir akan datang. Selain itu, pergerakan air di Bengawan Solo, juga tampak pelan. Hal itu pertanda air di hilir dalam kondis penuh. Sementara air di hulu kemungkinan masih penuh mengingat beberapa daerah di barat Kabupaten Bojonegoro juga hujan.
Jika Bojonegoro posisi Siaga II, otomatis sejumlah daerah rendah sudah dimasuki air, terutama berlokasi di dalam tanggul, seperti di Kelurahan Ledok Kulon, Ledok Wetan Banjarejo dan Jetak, terutama di Kecamatan Kota. Selain itu, beberapa kecamatan, seperti di Kalitidu, Trucuk, sebagian Dander, Padangan dan Malo juga terendam banjir.
Warga di pinggir Bengawan Solo, seperti Desa Pejarakan, Ngulanan, dan sebagian di Sale, Dander, juga telah siap-siap mengungsi. Mereka khawatir hujan lebat turun dari hulu sungai. “Jika hujan turun, bisa tergenang rumah kita,” tegas Teno, warga Desa Ngulanan, Kamis siang.
Banjir luapan Bengawan Solo pada April ini sebenarnya diperkirakan sudah tidak datang lagi. Apalagi, dalam empat hari ini Kota Bojonegoro juga tidak turun hujan. Tetapi, dalam dua hari terakhir justru hujan lebat turun di kecamatan-kecamatan sekitar Kota Bojonegoro. Akibatnya terjadi banjir dari hutan di Kawengan mengakibatkan satu orang tewas, lima rumah hanyut, satu jembatan terputus dan 115 rumah rusak berat.
Banjir di Kecamatan Kasiman dan Kedewan bukanlah berasal dari luapan Bengawan Solo. Air berasal dari bukit di Kawengan yang rusak dan kemudian digerus oleh air hujan yang turun lebat.
SUJATMIKO