TEMPO Interaktif, Depok - Salah satu waria peserta pelatihan yang diselenggarakan hak asasi manusia, Merilyn Sofjan, membantah adanya acara pamer kemolekan tubuh dalam ajang pelatihan HAM ini.
Peserta asal Malang, Jawa Timur, ini mengatakan acara ini merupakan inisiatif Komnas HAM untuk memberikan pelatihan hukum dan HAM kepada komunitas waria. Isi pelatihan pun hanya sebatas pemberian materi, presentasi, dan brainstorming. Tetapi, ia tidak menampik jika di hari terakhir pelatihan para peserta akan mempresentasikan materi-materi yang sudah mereka dapatkan selama tiga hari pelatihan dalam pakaian nasional atau kebaya.
"Kita presentasi hasil rekap materi tiga hari dengan menggunakan pakaian nasional dan itu bukan sesuatu yang vulgar," ujarnya kepada Tempo di Hotel Bumi Wiyata, Jumat (30/4).
Ia juga membantah keras jika ajang ini dikatakan sebagai ajang mempopulerkan waria. Menurutnya, acara ini murni berkonteks pembelajaran. "Kita tak mungkin mengadvokasi orang untuk jadi waria. Itu gila!" tegas dia.
Merilyn berharap ajang ini bisa tetap dilanjutkan karena membawa banyak manfaat bagi para waria. Terlebih lagi, ajang pelatihan Hukum dan HAM pada waria untuk tingkat nasional ini baru pertama kali dilakukan.
Ia menambahkan, setahun yang lalu di Malang pernah diadakan ajang yang sama selama empat hari. Hanya dengan jumlah peserta yang terbatas.
Adapun Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia Yulianus Rettob Laut optimistis pelatihan tetap bisa dilanjutkan meskipun sempat mendapat hambatan dari sekelompok orang. "Kita tetap lanjutkan karena ini hak warga negara," katanya.
TIA HAPSARI