Gerakan yang dipelopori oleh Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, dan mantan anggota Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas itu menghimbau para santri agar bersikap kritis terhadap ajakan para teroris yang mendoktrin para calon pengikut.
Pasalnya, menurut Nasir Abbas, para perekrut mencari korban pembawa bom dengan ciri-ciri spesifik. “Orangnya pendiam, tidak kritis, dan tidak suka berbagi cerita dengan orang lain,” kata Nasir dalam jumpa pers di Hotel Ibis, Rabu, (5/5). Orang dengan ciri-ciri spesifik itu, menurut Nasir, berpotensi akan direkrut oleh jaringan terorisme.
Karena itulah, Nasir mengaku akan memberikan tips-tips agar para santri bersikap kritis terhadap ajakan-ajakan yang menyesatkan. Para kiai di Pondok pesantren diajak bergabung untuk memberantas terorisme karena orang yang mudah dimasuki ajaran terorisme adalah para santri.
“Meskipun rekruitmennya dilakukan di luar pesantren,” kata Nasir. Dengan melakukan sosialisasi ini, diharapkan para pengelola pesantren dan santri tidak mudah terpengaruh oleh ajakan perekrutan yang menyusup hingga lini-lini terkecil dalam masyarakat termasuk keluarga.
Azyumardi Azra, mengungkapkan, pondok pesantren yang menjadi sasaran sosialisasi Barisan Tolak Terorisme adalah pondok posantren beraliran khalafi yang sudah mengalami modernisasi.
“Pengertiannya, bukan pesantren yang hanya mempelajari agama saja, tapi pesantren yang didalamnya ada sekolah sudah ada madrasah,” kata Azyumardi.
Nasir juga mengingatkan, mantan terorisme yang sudah bebas menjalani hukuman seharusnya diperhatikan agar mereka tidak mudah terpengaruh ajakan para teroris lagi. “Karena kalau tidak didampingi mereka keluar akan direkrut lagi.”
Seharusnya kalau ada pelaku teroris dibebaskan, maka pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja siap memberi modal, departemen Sosial menyantuni mereka, Depdiknas memberikan beasiswa.
BERNADA RURIT