Selain itu, ia juga memberikan penghargaan kepada tiga orang tokoh desa di wilayah itu. Penghargaan kepada guru dan tokoh desa diberikan oleh Menteri Perumahan Rakyat tersebut melalui yayasan keluarganya, SUMO Foundation.
“Empat orang guru pejuang dan tiga orang tokoh desa itu telah melalui hasil penjurian dan menyisihkan 34 nominasi lainnya,” kata El Nino Husain Mohi, Ketua Panitia pelaksana SUMO (Suharso Monoarfa) Award, Minggu (9/5).
El Nino menyebutkan, keempat orang guru pejuang itu masing-masing Djafar Gilingo, sebagai guru abdi di pedalaman Kabupaten Gorontalo Utara, Burhan Popalo sebagai guru yang mendirikan dua sekolah sekaligus di pedalaman Kabupaten Boalemo.
Lalu Sri Utami, guru di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo yang tidak bisa menyekolahkan anaknya sendiri, serta Astin Abas, guru di perbatasan yang berperan sebagai kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi.
“Serta tiga orang tokoh desa yang berbuat tanpa pamrih dilingkungan mereka, yakni Nanang Riyadi, Djamaludin Panna, dan Abdulah Salapa,” ujar El Nino.
Penghargaan kepada guru pejuang dan tokoh desa itu digelar di Universitas Gorontalo Convention Center semalam dengan tajuk “SUMO Award 2010. Dari Desa Membangun Bangsa”. Penghargaan itu diberikan oleh Suharso Monoarfa dua tahun sekali, sejak tahun 2008.
Menurut Suharso Monoarfa, dirinya sangat menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan di Gorontalo dengan memberikan penghargaan kepada guru-guru terpencil di wilayah itu sejak tahun 2008 lalu. Serta perjuangan para tokoh desa yang diharapkan memberikan inspirasi atas perjuangan mereka masing-masing.
Suharso Monoarfa menambahkan, SUMO Foundation miliknya telah berhasil memberikan beasiswa S1 dan S2 kepada 30-an mahasiswa asal Gorontalo, serta menyekolahkan anak-anak yang tidak mampu di jenjang SD, SMP, SMA, sebanyak 200-an orang.
“Saya yakin, masih banyak guru terpencil di Gorontalo dan di daerah lainnya yang kurang mendapatkan perhatian. Mereka adalah pejuang,” tandas Suharso Monoarfa.
CHRISTOPEL PAINO