TEMPO Interaktif, Madiun – Bahaya banjir di Kabupaten Madiun masih mengancam karena beberapa plengsengan dan tanggul sungai mengalami kerusakan yang cukup parah. Tanggul yang membendung aliran sungai Jerohan di Dusun Plumpung, Desa Glonggong, Kecamatan Balerejo, mengalami erosi sepanjang sekitar 100 meter. Sedangkan tangkis sungai Jerohan di wilayah Desa Kedungjati, Kecamatan Balerejo, juga ambrol sepanjang sekitar 70 meter dan merusak ruas jalan di pinggir sungai.
Warga desa setempat mengaku khawatir karena curah hujan yang cukup tinggi terkadang terjadi sehingga membuat tanggul tidak bisa menampung air yang meluap. Kepada Desa Glonggong, Suwito, mengatakan erosinya tanggul tersebut akibat arus sungai yang mengalir deras setelah dilakukannya normalisasi pintu air dari Sungai Piring, Sono dan Maling oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Ketiga sungai itu mengalir dari lereng Gunung Wilis lalu masuk ke Sungai Jerohan dan bermuara ke Bengawan Madiun.
“Setelah bangunan di bawah klep (pintu air) dibenahi, tanggul semakin terkikis karena tergerus air sungai yang mengalir deras,” kata Suwito, Ahad (9/5). Erosi tanggul tersebut juga menerjang lahan persawahan dan pemakaman umum yang hanya berjarak lima meter dari bibir sungai. “Beberapa makam dan lahan pesawahan rusak karena tegerus air sungai,” imbuhnya.
Melihat kondisi ini, aparat pemerintahan desa setempat sudah mengajukan proposal permohonan pembenahan kepada pihak terkait baik ke Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Madiun dan BBWSBS. Hingga kini belum ada tanggapan resmi dari kedua instansi berwenang tersebut.
Sementara itu, ambrolnya plengsengan atau tangkis sungai di Desa Kedungjati juga menyebabkan ambrolnya bahu jalan terbentang di pinggir sungai sepanjang sekitar 70 meter. Lebar jalan yang awalnya sekitar tiga meter, kini tinggal satu meter akibat plengsengan dan bahu jalan yang ambrol. “Sudah kami laporkan dan pengawas BBWSBS sudah meninjau kesini, tapi masih belum ada penanganan,” tutur Sugito, Ketua RT 14, RW 3 Desa Kedungjati.
Saat dikonfirmasi, Pembantu Pengawas Lapangan II BBWSBS, Marwoto, mengatakan kerusakan di sekitar aliran Bengawan Madiun paling lambat akan dikerjakan pada musim kemarau tahun ini atau sekitar bulan September nanti. “Untuk yang di Desa Kedungjati masih menunggu desain bangunan dari konsultan dan yang di Glonggong sudah direncanakan diperbaiki,” jelasnnya.
ISHOMUDDIN