TEMPO Interaktif, Palu - Tingkat pemadaman listrik di Palu, Sulawesi Tengah, kian hari kian parah. Pekan lalu pemadaman listrik bergilir 6 jam sehari, tapi mulai Selasa ini (11/6) pemadaman bisa mencapai 16 jam dalam sehari.
Humas PLN Palu, Petrus Walasary, mengakui hal itu. Ia mengatakan pemadaman yang kian tak terkontrol ini akibat PLTD Silae dan PLTU Mpanau Unit I milik PT Pusaka Jaya Palu Power menjalani pemeliharaan. Sementara PLTU Unit II berkapasitas 15 megawatt hanya mampu menyuplai daya ke PLN 8 megawatt karena kekurangan batubara.
"Tapi Jumat (14/5) pasokan batubara dari Kalimantan Selatan satu tongkang akan tiba di pelabuhan PLTU Mpanau Mamboro, Kecamatan Palu Utara, dan diharapkan pasokan daya akan bertambah," ujarnya.
Saat ini kebutuhan listrik saat beban puncak di sistem Palu yang melayani sekitar 200 ribu pelanggan mencapai 52 megawatt, namun daya yang tersedia hanya 24 megawatt. Akibatnya pemadaman bergilir bisa mencapai 16 jam perhari, belum lagi kalau ada gangguan transmisi.
PLN Palu berjanji akan mengupayakan pasokan listrik di Kota Palu sudah normal sebelum pemungutan suara pemilihan wali kota dan wakil wali kota pada 4 Agustus 2010.
"Kami akan usahakan sebelum pilkada nanti suplai listrik sudah normal. Artinya tidak ada lagi pemadaman bergilir," katanya.
Akibat pemadaman ini sekelompok massa merusak kantor PLN Ranting Donggala dengan cara melempari batu, hingga sejumlah kaca jendela pecah dan pintu rusak. Bahkan beberapa unit komputer yang ada dalam ruangan hancur berantakan. PLN Donggala merupakan bagian dari koneksitas PLN Cabang Palu.
Perusakan aset negara yang dilakukan secara spontan itu, terjadi Senin (10/5) malam, sekita pukul 19.00 WITA. Aparat kepolisian sulit mengendalikan aksi massa. Di samping suasana malam yang gelap, juga berbaurnya seluruh masyarakat Donggala, mulai dari anak-anak hingga orang tua renta, memadati Jalan Hasanuddin, lokasi Kantor PLN.
Lemparan batu dari segala arah berlangsung cepat. Sejumlah anak muda menyerbu masuk dalam kantor dan langsung terdengar bunyi benda pecah berantakan. “Hancur komputer,” kata orang yang berdiri di depan pagar.
Tak puas dengan merusak jendela yang menggunakan kaca nako, beberapa orang hendak merobohkan papan nama Kantor PLN. Tapi rencana itu digagalkan aparat kepolisian yang mengawasi aksi anarkis warga Donggala.
“Kita tidak akan pulang ke rumah sebelum lampu menyala,” teriak seorang warga yang semakin lama bertambah jumlahnya.
DARLIS