Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Negara Teluk Menyulap Gurun Menjadi Lahan Pertanian

image-gnews
travelpod.com
travelpod.com
Iklan
TEMPO Interaktif, Abu Dhabi - Negara-negara Teluk berharap menemukan teknologi yang akan mengubah kawasan gurunnya menjadi lahan subur yang dapat meningkatkan ketahanan pangan serta menghindari risiko harus membeli lahan pertanian di luar negeri.

Mengelola pertanian di kawasan Teluk penuh dengan tantangan, mulai dari tipisnya suplai air, salinitas tanah yang tinggi dan panas yang amat tinggi. Beberapa negara di kawasan itu memang memiliki dana berlimpah untuk menerapkan teknologi mahal untuk mengatasi permasalahan itu.

Abu Dhabi, misalnya, telah melaksanakan sebuah survei tanah untuk mengidentifikasi daerah yang memiliki suplai air bawah tanah dan kualitas tanah yang dapat ditingkatkan, kata Faisal Taha, kepala proyek survei tanah di Abu Dhabi Environment Agency.

Survei itu menemukan lebih dari 200.000 hektare lahan yang dapat digunakan untuk pertanian bila memperoleh investasi yang tepat, kata Taha di sela-sela sebuah konferensi industri di Abu Dhabi. Lahan tersebut berada di wilayah barat Madinat Zayed, Ghayathi dan wilayah timur Al Ain. “Kami berbicara tentang puluhan juta dirham yang harus diinvestasikan ... tapi itu memang layak karena dengan lahan ini produksi sayur-mayur dan pakan ternak bisaa ditingkatkan sampai 70 persen,” kata Taha.

Abu Dhabi akan mendanai studi senilai Rp 323,4 miliar yang akan berlangsung selama dua tahun untuk mengidentifikasi daerah lain yang potensial sebagai lahan pertanian di kawasan sebelah utara Uni Emirat Arab (UAE).
“Tanah itu tidak akan dapat menjamin 100 persen keamanan pangan bagi UAE, namun strategi nini muncul pada saat yang tepat ketika banyak lembaga internasional mengecam negara-negara kaya yang membeli lahan di negara lain yang tak bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri dan mengekspor hasil pertaniannya,” kata Taha.

Selama beberapa tahun terakhir, negara-negara teluk yang menggantungkan kebutuhan mereka dari impor pangan mulai meningkatkan upaya untuk membeli dan menyewa lahan pertanian di negara-negara berkembang sebagai langkah mengamankan suplai pangan mereka. Akuisisi lahan asing tersebut memancing kritik dan perlawanan dari para petani di negara berkembang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyampaikan keprihatinannya atas hak para petani di negara berkembang yang terdesak ketika negara-negara kaya membali lahan mereka.

Selain Uni Emirat Arab, Qatar dan Kuwait juga mencoba meningkatkan suplai pertanian domestik mereka lewat penggunaan berbagai jenis jamur yang dapat meningkatkan peryumbuhan akar tanaman di daerah kering, kata Rajendra Pachauri, direktur jenderal Energy and Resources Institute di New Delhi, India. “Dengan mencampur tanah dengan mikroba ini, atau apa yang kami sebut mycorrhiza, akar tanaman dapat menyerap nutrisi dari tanah yang sebelumnya tak bisa dilakukan mengingat kondisi tanah dan iklim di Teluk,” kata Pachauri.

Dalam waktu sekitar 18 bulan, institut itu berhasil mengubah lahan seluas 4.000 meter persegi , yang digambarkan Pachauri sebagai lahan tak berguna dengan salinitas tinggi di Dukhan, daerah sebelah selatan Qatar menjadi sebuah lahan produktif yang dapat ditumbuhi sayur dan tanaman pangan lain. “Kami memiliki proyek serupa di Kuwait, India, Oman dan UAE,” katanya. “Saya yakin tak ada yang lebih baik daripada menggunakan lahan kami sdendiri untuk menjamin keamanan suplai pangan, ini jauh lebih aman.”

TJANDRA DEWI l REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

9 hari lalu

Warga melihat kondisi bangunan yang terseret banjir lahar dingin di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Sabtu, 6 April 2024. Data Nagari Bukik Batabuah menyebutkan  banjir lahar dingin  yang terjadi pada Jumat (5/4) itu menerjang 17 unit mobil dan sejumlah motor dan 40 rumah, tiga di antaranya rusak berat, serta areal pesawahan dan memutus sementara jalan alternatif mudik Pekanbaru - Padang.   ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat telah merusak hingga ribuan hektare lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.


Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

21 hari lalu

Pemandangan sawah teras siring di Jatipurno Wonogiri. Maps.Google/Novi Ardianto
Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

Google berupaya untuk mengimplementasikan teknologi Google AI AnthroKrishi ini untuk skala global, termasuk Indonesia.


Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

23 hari lalu

Presiden RI Jokowi (tengah mimbar) didampingi Menteri Pertanian, Bupati Sigi dan Gubernur Sulawesi Tengah meresmikan rehabilitasi dan rekonstruksi Bendung D.I Gumbasa dengan membunyikan sirene secara bersama-sama. (ANTARA/Moh Salam)
Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

Jokowi pada hari ini meresmikan bendungan dan daerah irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulteng yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi.


Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

24 hari lalu

Petani memanen padi di Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis 7 Maret 2024. Sekitar 20 hektare lahan pertanian di kawasan itu terdampak banjir akibat tanggul waduk jebol. ANTARA FOTO/Muhammad Mada
Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

Guru Besar Unpad memaparkan sejumlah metode pemberantasan gulma di lahan tani. Pemakaian hebrisida efektif, namun berisiko.


Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

32 hari lalu

Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

Kukar merupakan daerah lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur


Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

35 hari lalu

Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

Program pengairan dan alsintan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kukar.


Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

45 hari lalu

Para pekerja membongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa, 23 Januari 2024. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan nilai ekspor hasil perikanan di dalam negeri pada 2024 sebesar USD7,20 miliar atau setara Rp112,1 triliun. Angka tersebut naik signifikan dari realisasi ekspor produk perikanan hingga November 2023, di mana nilai sementara ada di kisaran USD5,6 miliar atau setara Rp87,25 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.


Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

56 hari lalu

Logo KPK. Dok Tempo
Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

Pelaporan ke KPK terkait dugaan korupsi pemotongan dana bantuan hibah pertanian yang berasal dari Dana Aspirasi DPR yang mencapai Rp 2 miliar.


Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

17 Februari 2024

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ATR/BPN Hadi Tjahjanto (keenam kiri) berdialog dengan warga saat menyerahkan sertifikat tanah di Desa Muktisari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis 12 Oktober 2023. Sebanyak 405 sertifikat tanah dibagikan kepada warga secara gratis pada proses redistribusi tanah eks Hak Guna Usaha (HGU) PT Maloya yang telah ditetapkan menjadi Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

Menteri Agraria dan Tata Ruang Hadi Tjahjanto menyerahkan 205 sertifikat tanah hasil program Konsolidasi Tanah Non Pertanian.


Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

15 Februari 2024

Pemandangan sawah daerah Rorotan di tengah ibu kota, Jakarta, Rabu, 1 November 2023.  Lahan tersebut merupakan lahan beberapa perusahaan salah satunya yaitu PT. NUSA Kirana. RE dan beberapa lahan milik warga setempat. TEMPO/Magang/Joseph.
Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

Seretnya produksi beras diduga akibat kebijakan regulator yang condong mengutamakan ekstensifikasi lahan pertanian, misalnya food estate.