"Produk palsu diberi harga hampir sama dengan yang asli, tapi didiskon 10-20 persen. Jadi masyarakat rugi karena membayar mahal, tapi ternyata barangnya juga palsu," kata Ricky seusai bertemu Wakil Presiden Boediono di Istana Wakil Presiden, Rabu (19/5).
Padahal, barang tiruan tentu memiliki kualitas yang jauh lebih rendah ketimbang produk asli. Konsumen bisa merugi karena barang palsu cepat rusak. Jika produk palsu itu berupa obat dan kosmetik, dapat pula masyarakat malah jatuh sakit akibatnya.
Untuk memerangi produk palsu, pengusaha menggandeng aparat penegak hukum untuk menyisir barang tiruan di pasar. Menurut Ricky yang juga Sales Manager merek kacamata Oakley itu, tindakan hukum harus diterapkan terhadap distributor maupun pengecer produk palsu.
Namun, ia mengungkapkan, pelaku yang tertangkap bisa pula dilepaskan setelah memasang iklan permintaan maaf di media level nasional. Tak jarang pelaku yang tertangkap itu malah bisa menjadi informan untuk menguak jaringan pemalsu.
Ia mengatakan Oakley rutin melakukan sweeping untuk menjaring produk palsu dan pemalsunya. "Tahun lalu kami tiga kali sweeping, tiap tindakan bisa sampai lima ribu pieces (potong) produk palsu yang terkumpul. Barang palsunya ditahan, tersangka kami proses, beberapa sudah disidangkan dan mendapat putusan hukum," ucapnya.
Ricky menolak membeberkan berapa kerugian yang diderita perusahaannya akibat pemalsuan. "Yang penting buat kami bukan jumlahnya, tapi dampaknya ke masyarakat," katanya.
Adapun lokasi di Jakarta yang kerap disambangi sweeping Oakley adalah Pasar Grosir Senen, Cempaka Mas, Mangga Dua, dan Mal Ambassador.
BUNGA MANGGIASIH