“Permintaan dunia terhadap minyak dan gas semakin meningkat. Ditambah perkembangan teknologi di bidang eksplorasi dan eksploitasi migas yang semakin maju, investasi masih menjanjikan,” kata Terry S. McPhail, President and General Manager ExxonMobil Affiliates in Indonesia di Jakarta, Rabu (19/5).
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) R. Priyono. BP Migas mengakui masih membutuhkan kontraktor migas andal untuk mengoptimalkan eksplorasi migas. “Sumber daya alam tambang di Indonesia sangat melimpah, tentu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu operator migas yang kompeten masih sangat diperlukan,” katanya.
Priyono menambahkan, investasi diperlukan untuk menemukan cadangan migas baru. Dilihat dari data geologis, ujarnya, industri migas di Indonesia masih sangat atraktif, karena masih banyak cadangan migas yang masih dapat dieksplorasi.
Cadangan minyak Indonesia tahun lalu mencapai 7,9 miliar barel, 4,3 miliar barel di antaranya cadangan minyak terbukti. Sedangkan cadangan gas yang dimiliki Indonesia pada 2009 sebanyak 159 triliun kaki kubik (TCF), sebesar 107 TCF di antaranya berupa cadangan gas terbukti. “Keduanya ditemukan di Indonesia bagian Barat dan Tengah,” ujar Priyono.
Biaya produksi minyak dan gas di Indonesia juga jauh lebih murah dibandingkan biaya produksi rata-rata dunia. Pada 2009, kata Priyono, untuk memproduksi minyak per barel diperlukan biaya US$ 11,95, sedangkan biaya produksi dunia mencapai US$ 34,34 per barel.
Priyono sepakat dengan pernyataan Wakil Presiden Boediono bahwa sektor hulu migas tidak hanya berperan sebagai pengeruk pendapatan dan devisa bagi negara, namun juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat. “Penerimaan negara dari migas pada 2009 mencapai US$ 19.832,93 juta, dan memenuhi 30 persen dari pendapatan negara,” ujar dia.
Menurut Terry S. McPhail, untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif Indonesi perlu melakukan beberapa hal seperti menciptakan stabilitas fiskal, menentukan harga yang kompetitif di tingkat regional, dan menciptakan pemerintahan yang transparan. “Kami juga memerlukan kebijakan di sektor migas yang efisien, transparan, dan kebijakan terkait pajak serta insentif,” ujarnya.
MAHARDIKA SATRIA HADI