"Tercatat sudah ada 94 persen yang terdata, namun beberapa masih belum rinci," kata Kepala BPS Daerah Khusus Ibukota Jakarta Agus Suherman, Jumat (28/5). Sisanya yang 6%, menurut Agus belum dilaporkan.
Menurut Agus, ada beberapa kondisi yang kemudian cukup menjadi hambatan bagi Petugas Cacah Lapangan (PCL) untuk melakukan pendataan penduduk. "Contohnya jika penghuni jarang ada di rumah," kata Agus. Kondisi tersebut membuat para PCL harus lebih giat mendatangi rumah-rumah tersebut berkali-kali, bahkan hingga malam.
Selain karena penghuni yang jarang ada di rumah, hambatan pendataan juga terjadi terhadap warga-warga yang tinggal di perumahan elite dan apartemen. Khusus di apartemen, umumnya PCL sulit mendapatkan akses untuk melakukan pendataan secara langsung (door to door) terhadap penghuni apartemen karena alasan privasi.
Karenanya, BPS menyiasatinya dengan mengirimkan dokumen pengisian sensus, yang kemudian akan disebarkan dan diisi oleh penghuni. "Dari 196 apartemen di DKI Jakarta, hampir semuanya sudah kami kirimkan dokumen sensus," kata Agus.
Dokumen-dokumen tersebut diedarkan oleh pengelola apartemen untuk ditaruh di mailbox penghuni apartemen. Namun, lanjutnya, banyak dokumen yang akhirnya tidak diisi oleh penghuni. Hingga saat ini tercatat baru sekitar 60% penghuni apartemen di Jakarta yang terdata oleh BPS.
Mengatasi permasalahan tersebut, BPS DKI Jakarta akan segera mengadakan pertemuan dengan para kordinator apartemen di wilayah Jakarta. Pertemuan ini bertujuan untuk menjabarkan permasalahan pendataan di wilayah apartemen. "Kami akan mencoba mencari solusi yang terbaik," kata Agus.
Dirinya tetap optimis bahwa BPS DKI Jakarta akan mampu merampungkan pendataan warga ibukota pada akhir bulan ini.
EVANA DEWI