TEMPO Interaktif, Semarang - Meski cuaca buruk, para nelayan dengan perahu kecil nekat melaut. Mereka melaut tidak sampai antarpulau, namun hal ini cukup membahayakan mengingat tinggi gelombang mencapai 2-3 meter.
Slamet Riyadi, nelayan di Tambak Lorok, Semarang, mengaku ombak memang cukup tinggi disertai angin kencang. Hujan disertai petir juga sering terjadi. "Namun saat ini hasil tangkapan ikan cukup bagus, sehingga kami nekat melaut," ujarnya, Selasa (1/6). Untuk menghindari ombak yang tinggi, Slamet mengaku tak berani melaut terlalu jauh ke tengah Laut Jawa.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jawa Tengah mengimbau nelayan untuk mewaspadai terjadinya cuaca buruk yang berpotensi terjadi pada pekan pertama bulan ini. "Tinggi gelombang di Laut Jawa dan laut selatan mencapai tiga meter," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Jawa Tengah, Evi Lutfiyanti.
Cuaca buruk juga ditandai dengan kecepatan angin antara 10 - 15 knots, serta hujan sporadis yang disertai petir yang terjadi di sore hari. "Kondisi ini cukup berbahaya bagi nelayan dengan perahu kecil," kata Evi.
Cuaca buruk, Evi menjelaskan, terjadi karena masih tingginya suhu permukaan air laut di Laut Jawa dan laut selatan yang mencapai 29 derajat Celsius, serta pengaruh dari Indeks Osilasi Selatan di Samudra Pasifik Ekuator di sebelah timur Irian yang mencapai 8,1. Indeks Osilasi Selatan merupakan perbedaan medan tekanan di daerah tropis dengan tekanan tinggi di Samudera Pasifik Selatan bagian tengah dan tekanan udara yang rendah di Australia, Asia Tenggara dan India Tengah serta Afrika Selatan dan Amerika Selatan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Jawa Tengah, Sulakso Sumardi, mengaku sulit untuk menghimbau nelayan untuk tidak melaut. "Nelayan mampu membaca gelagat alam," ujarnya.
Kalau dalam perhitungan nelayan, cuaca masih bisa antisipasi, mereka tetap melaut. "Apalagi saat ini hasil tangkapan nelayan cukup bagus," tambahnya.
SOHIRIN