Harga minyak turun 3,2 persen pada Selasa (2/6) waktu setempat, setelah Federasi Logistik dan Pembelian mengatakan Purchasing Manager Index di Cina turun di tengah melemahnya penjualan properti dan bangunan.
Purchasing Managers Index (PMI) merupakan indikator untuk kegiatan ekonomi. Secara kasar hal itu mencerminkan persentase manajer pembelian di sektor ekonomi tertentu yang melaporkan kondisi bisnis lebih baik dari pada bulan sebelumnya.
Perdagangan di bursa berjangka juga jatuh saat perusahaan-perusahaan raksasa, seperti Anadarko Petroleum Corp dan Halliburton Co, menjadikan kinerja sektor energi kinerja tampak buruk di daftar Indeks Standard & Poor's 500.
"Banyak risiko kegagalan di dalam pasar, dan saya tidak berpikir situasi di zona Eropa akan dapat diselesaikan dengan cepat," kata Ben Westmore, ekonom energi dan mineral pada National Australia Bank Ltd di Melbourne, Asutralia.
Harga minyak mentah untuk pengiriman Juli turun US$ 0,82, atau 1,1 persen menjadi US$ 71,76 per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Harga minyak berada di US$ 72,41 pada 09.02 pagi waktu Singapura.
Kemarin harga kontrak berjangka kehilangan US$ 1,39, atau 1,9 persen menjadi US$ 72,58. Harga kontrak berjangka turun 14 persen selama Mei.
PMI turun menjadi 53,9 pada Mei dari 55,7 dari bulan sebelumnya. Indeks itu menurun tipis dari perkiraan rata-rata 54,5 dari 18 ekonom yang disurvei Bloomberg News. Indeks manufaktur Cina di wilayah Eropa turun menjadi 55,8 dari bulan sebelumnya 57,6.
BOBBY CHANDRA | BLOOMBERG