Berdasarkan data di Kementerian Perdagangangan, pada periode Januari-April 2010, impor barang modal mencapai US$ 8,23 miliar, atau naik 46,67 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor bahan baku penolong sebesar US$ 30,169 miliar, atau naik 64,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, Kementerian juga memantau pergeseran negara asal impor barang modal dan bahan penolong. "Mayoritas mesin-mesin untuk tekstil diimpor dari Cina," kata dia. Sebab, mesin dari Cina harganya relatif lebih murah daripada mesin-mesin asal Eropa.
Namun, bukan berarti mesin yang dibeli dari Cina berkualitas rendah. Sebab, ada tren transfer industri mesin dari Eropa ke Cina. "Jadi, belum tentu kita impor dari Cina adalah merek Cina. Bisa saja, merek Eropa yang diproduksi di Cina," ujar dia.
Mahendra juga melihat meningkatnya impor merupakan implikasi pertumbuhan investasi di Indonesia. Seperti diketahui, realisasi investasi pada kuartal I-2010 mencapai Rp 42,1 triliun. Realisasi investasi naik 24,6 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Dedi Mulyadi, mengatakan pertumbuhan industri nasional pada empat bulan pertama 2010 mencapai 2,5 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Pertumbuhan industri tahun ini jadi empat persen," ujar Dedi ketika dihubungi Tempo.
Bahkan industri yang berorientasi ekspor, tumbuh lebih tinggi dari rata-rata nasional. Industri berorientasi ekspor tumbuh lebih dari lima persen. Pertumbuhan industri tersebut memang mendongkrak impor. "Kita harus lihat positifnya. Industri membutuhkan bahan baku yang banyak dan tidak semuanya diproduksi di sini," tuturnya.
EKA UTAMI APRILIA