Menurut Slamet, upah yang diperolehnya, seperti juga anggota Pasukan Kuning lainnya, tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untuk menopang kebutuhan keluarga, Slamet harus nyambi sebagai peternak ayam. Tak jarang dia menyempatkan diri menjadi buruh tani di ladang tetangganya.
Keluhan serupa diungkapkan Suyono. Sudah enam tahun Suyono mengabdikan dirinya sebagai petugas kebersihan kota. Dia mengaku kesulitan menyiasati kebutuhan hidup akibat kecilnya upah yang diterima. Apalagi dia tidak punya pekerjaan lain. ”Untungnya setiap kali menang kami mendapat bonus Rp 100 hingga 300 ribu,” ucapnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Sucipto mengakui kecilnya upah Pasukan Kuning. Namun demikian, dia menilai jumlah itu cukup bagi para pekerja. Alasanya, pemberian upah sudah disesuaikan dengan jam bekerja dalam satu hari. Pasukan kuning, dalam satu hari hanya bekerja selama tiga jam. Selain itu, jumlah anggota Pasukan Kuning saat ini mencapai 270 orang. ”Tidak mungkin kami samakan dengan pegawai lain yang bekerja selama delapan jam,” kata Sucipto. MUHAMMAD TAUFIK.