Optimisme tersebut didasarkan pada tingkat inflasi yang terkendali hingga pertengahan tahun ini. "Inflasi ternyata lebih mudah dikendalikan daripada yang diperkirakan," ujarnya. Inflasi diperkirakan dapat dijaga kurang dari 5 persen. Terkendalinya inflasi membuat peningkatan suku bunga acuan dapat ditunda.
Kalaupun naik, kenaikan BI Rate tetap diperkirakan tidak terlalu tinggi. Meski demikian risiko naiknya inflasi masih terbuka. Tekanan paling kuat datang dari harga komoditas yang berisiko meningkat. Perekonomian Indonesia diyakini masih tetap kuat dalam menghadapi krisis yang menerpa kawasan Eropa.
Hal tersebut terbukti dari turunnya rasio utang Indonesia dibandingkan dengan produk domestik bruto hingga 30 persen. Padahal, rasio utang negara lain justru meningkat. Neraca yang kuat dan minimnya ketergantungan pada pengaruh asing menjadi kelebihan.
Meski masih ada ketidakpastian, lembaga itu yakin Indonesia bisa bertahan. Ekonomi akan tumbuh hingga 6 persen tahun ini. Pertumbuhan ekonomi didukung pemulihan investasi asing di sektor riil. Risikonya, jika investasi asing menurun, pertumbuhan ekonomi dapat terpengaruh sehingga tak mencapai 6 persen.
"Untuk meminimalisir risiko, otoritas keuangan harus mengendalikan pasar domestik untuk menahan pengaruh dari luar," kata Kepala Divisi Asia Pasifik IMF Thomas R Rumbaugh. Kondisi perekonomian dan indikator makro harus dijaga agar tetap stabil.
Aliran modal yang sempat keluar dari Indonesia kini mulai terkendali. Ke depan hal tersebut tak dapat dihindari, sebab kondisi pasar memungkinkan terjadinya perpindahan modal dengan cepat. BI diminta menjaga rupiah agar tetap stabil dan meningkatkan cadangan devisa.
FAMEGA SYAVIRA