TEMPO Interaktif, Subang - Keberadaan jembatan Leuwi Gayor di Subang, Jawa Barat, dinilai mubazir. Sebab, jembatan dengan anggaran pembangunan mencapai Rp 1 miliar tersebut sudah mulai ambles dan retak-retak.
Jembatan Leuwi Gayor membentang di atas Sungai Cipunagara, di perbatasan Kecamatan Kasomalang dan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jembatan ini dibangun dengan dana lebih dari Rp 1 miliar pada 2008-2009 itu. Namun, kondisinya saat ini sudah mulai ambles dan retak-retak.
Ade, seorang warga Desa Tenjolaya, Kasomalang, mengatakan, keberadaan jembatan tersebut tidak mampu mengubah lancarnya transportasi dan mengangkat taraf perekonomian warga di daerah antarperbatasan dua kecamatan itu. “Setelah ada jembatan permanen, malah tak pernah bisa dilalui oleh sepeda motor pun,” kata Ade.
Jadi, kalau warga mau mengangkut hasil panen padi dan palawija, tetap saja masih dengan cara konvensional yakni dengan cara ditanggung dan dipuncak.
Padahal, ketika jembatan Leuwi Lieur itu masih menggunakan jembatan gantung terbuat dari bambu, warga masih leluasa melintasinya dengan jalan kaki dan menggunaan sepeda motor. Keberadaan jembatan beton Leuwi Gayor, kata Ade, tidak didukung dengan kondisi jalan penghubungnya yang memadai. Jalan penghubung masih sempit, berkelok dan turunan serta tanjakannya sangat tajam.
“Di kiri-kanannya bukit dan lembah, membayakan sekali,” timpal Wawan, warga lainnya.
Semestnya, kata Wawan, pemerintah daerah membangun jalan penghubungnya dulu. “Saya menilai, keberadaan jembatan Leuwi Gayor saat ini mubazir,” kata Wawan, saat ditemui Tempo di lokasi jembatan itu, Ahad (13/6).
Umar, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Subang, ketika akan dikonfrimasi soal kondisi jembatan Leuwi Gayor itu, telepon genggamnya selalu tak aktif. Pesan pendek yang dikirimkan pun tak pernah mendapatkan balasan.
Wakijo, Kepala Seksi Pembangunan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Subang, mengaku belum mengetahui kondisi jembatan yang sudah rusak. Ia memberikan alasan, jembatan Leuwi Gayor dibangun sebagai jembatan perintis. “Fungsinya untuk membuka jalur transportasi di perbatasan Kecamatan Kasomalang dan Cisalak,” kata Wakijo.
NANANG SUTISNA