TEMPO Interaktif, Kupang - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) belum menjadikan kasus HIV/AIDS sebagai salah satu agenda prioritas pembangunan daerah.
Sejak ditemukan pertama kali di Kabupaten Flores Timur pada tahun 1997 lalu yang dibawa oleh seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI), kasus HIV/AIDS di NTT terus meningkat. "Kasus HIV/AIDS di NTT terus meningkat menjadi 953 kasus, dan 252 diantaranya telah meninggal dunia," kata Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya di Kupang, Ahad (13/6).
Menurut dia, kasus HIV/AIDS tertinggi terjadi di Kabupaten Belu sebanyak 283 kasus, dikuti Kota Kupang dengan 188 kasus dan Sikka 167 kasus. Penderita HIV/AIDS tertinggi berada pada umur produktif antara 15-24 tahun mencapai 11 persen, 50 tahun keatas enam persen dan 0-15 tahun sebanyak tiga persen.
Dilihat dari jenis pekerjaan, penderita terbanyak yakni TKI 15 persen, pekerja seks 14 persen, ibu rumah tangga sebanyak 12 persen, dikuti pekerja swasta 10 persen.
Tinggi kasus HIV/AIDS ini, menurut dia, karena upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba belum menjadi prioritas pembangunan daerah. Serta masih adanya diskriminasi dan stigmatisasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan pengguna narkoba.
YOHANES SEO