Kekhawatiran kemungkinan terjadinya gagal bayar telah memicu pengalihan investasi. Obligasi Amerika dianggap investasi paling aman di dunia, karena pemerintah AS tidak pernah gagal bayar. Menurut data Departemen Keuangan, kepemilikan Cina pada surat utang Amerika naik US$ 5 miliar menjadi US$ 90,2 miliar pada April. Total keseluruhannya meningkat US$ 72,8 miliar menjadi US$ 3,96 triliun.
Peningkatan pada April kemarin sedikit mereda karena kecemasan meningkatnya permintaan surat utang Amerika oleh investor luar negeri akan memaksa pemerintah Amerika akan membayar suku bunga yang lebih besar untuk membiayai utangnya.
Para ekonom meramalkan permintaan obligasi Negeri Abang Sam pada Mei lalu akan kembali meningkat karena mencuatnya krisis utang. "Kami menyatakan untuk langkah pengamanan masih akan mendukung dolar AS di kwartal kedua ini,” kata Win Thin, ahli strategi mata uang dari Brown Brothers Harriman & Co di New York.
Mengingat krisis Eropa masih bergulir sepanjang Mei lalu, investor melihat akan ada arus masuk besar-besaran. Gregory Daco, ekonom dari HIS Global Insight, mengatakan permintaan utang AS juga ditopang oleh kenyataan prospek laba korporat yang bagus, dan ekonomi Amerika juga akan tumbuh lebih kuat dari kawasan Eropa tahun ini.
Cina adalah negara terbesar pemegang obligasi Amerika. Kepemilikannya kembali meningkat pada Maret dan April lalu, setelah dalam enam bulan beruntun Cina terus mengurangi kepemilikannya. Bahkan, pengurangannya menimbulkan kecemasan Cina mungkin akan mengubah dananya dalam bentuk tunai dari obligasi.
April lalu total pemegang obligasi Amerika meningkat 1,9 persen, dan bulan sebelumnya bahkan meningkat 3,5 persen. Data dari Departemen Keuangan Amerika mencatat pembelian bersih obligasi Amerika, baik pemerintah maupun swasta, meningkat US$ 8,3 miliar pada April, dan bulan sebelumnya sebesar US$ 140,5 miliar.
Bunga obligasi yang lebih tinggi di Amerika telah mendorong naiknya suku bunga. Ini merupakan konsekuensi dari pembiayaan defisit anggaran federal. Defisit anggaran federal mencapai rekor tertingginya sebesar US$ 1,4 triliun tahun lalu. Defisit diperkirakan masih akan bertahan di atas US$ 1 triliun tahun ini dan tahun depan.
Jepang, pemegang kedua terbesar obligasi AS, juga meningkatkan kepemilikannya April lalu sebesar US$ 10,6 miliar menjadi US$ 795,5 miliar. Negara lainnya yang juga meningkatkan kepemilikannya antara lain Inggris, dan negara-negara pengekspor minyak.
VIVA B KUSNANDAR | ASSOCIATED PRESS