“Untuk PLN kira-kira Rp 1 triliun,” ujar Hotbonar usai acara penandatanganan kerjasama dengan Bank Tabungan Negara di Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Jakarta, Senin (21/6). Adapun untuk membeli obligasi Telkom, Jamsostek menganggarkan dana Rp 1-1,2 triliun.
Menurut Hotbonar, perusahaannya lebih memilih investasi dalam bentuk obligasi dibandingkan dengan deposito. “Ada kecenderungan tingkat suku bunga menurun kalau penempatan investasi berbentuk deposito. Sedangkan secara relatif, tingkat bunga obligasi mencapai dua digit, deposito hanya satu digit,” ujarnya.
Nilai investasi Jamsostek berupa deposito diperkirakan di bawah 30 persen dari total portfolio perusahaan. “Mungkin sekitar 25 persen karena ada kecenderungan tingkat suku bunga itu tadi. Ada penurunan di bank BUMN sehingga kami harus minta pengertian bank pemerintah," tutur dia.
Sisanya, sekitar 20 persen dialokasikan untuk saham. “Penyertaan langsung sampai sekarang masih di bawah 1 persen dan reksadana 3 persen,” kata Hotbonar.
Adapun dengan BTN, seiring peresmian sinergi mereka, Jamsostek berencana menambah deposito. “Sekarang deposito kami di BTN mungkin Rp 1-1,5 triliun. Tapi dengan kerjasama ini kami punya kewajiban menambah deposito di BTN,” tuturnya. Sinergi itu berupa pinjaman renovasi rumah dari BTN untuk peserta Jamsostek.
Per April 2010, total dana kelolaan Jamsostek mencapai Rp 90 triliun. Adapun target dana kelolaan mereka tahun ini sebesar Rp 95 triliun. Hotbonar optimistis target tersebut terealisasi sebelum akhir tahun. “Sampai April saja sudah setengah target,” katanya.
ISMA SAVITRI