Kepala Bagian Operasional Samapta Polresta Kediri Inspektur Satu Yusuf mengatakan, preman dan pengamen ini ditangkap di sejumlah tempat, seperti di alun-alun, terminal bus, perempatan jalan, dan kawasan lokalisasi Semampir. “Mereka sempat melawan saat hendak ditangkap,” kata Yusuf kepada TEMPO.
Setelah ditangkap, para preman dan pengamen jalanan itu ditempatkan di ruang Bina Mitra untuk diinterogasi. Meski sebagian besar tubuh mereka dipenuhi tato, para pemuda berwajah sangar itu menampik disebut preman. “Kami hanya ngamen pak,” kata salah seorang dari mereka.
Untuk mencegah mereka kembali ke jalan, polisi menyita seluruh alat musik, seperti gitar dan kendang. Identitas diri mereka dicocokkan dengan arsip kepolisian untuk mengetahui apakah mereka tersangkut tindak kejahatan lainnya.
Yusuf menambahkan penangkapan preman dan pengamen jalanan ini akan terus dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Polisi mengaku gerah karena setiap hari menerima laporan dan pengaduan dari masyarakat. Sebab selain meminta uang dengan cara mengamen, mereka juga tak segan-segan meminta uang kepada pejalan kaki yang lewat. HARI TRI WASONO.