Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan Jendral McChrystal membuat "kesalahan besar". Jendral itu dipanggil ke Washington atas artikel dalam majalah Rolling Stone.
Para pejabat sejauh ini menolak mengatakan apakah ia akan tetap dapat mempertahankan jabatannya. Sebelumnya, Jendral McChrystal meminta maaf atas kritiknya terhadap beberapa pejabat dan diplomat negaranya dalam artikel di majalah itu.
Jenderal Stanley McChrystal mengatakan artikel di majalah Rolling Stone tersebut memperlihatkan ''penilaian yang buruk'' dan kurang integritas. Dalam artikel tersebut, Jenderal McChrystal mengatakan dia merasa dikhianati oleh duta besar AS untuk Kabul, Karl Eikenberry.
Para staf sang jenderal mengolok-olok Wakil Presiden Joe Biden dan mengatakan Jenderal McChrystal ''kecewa" dengan Presiden Obama. Permintaan maaf itu disampaikan ketika laporan kongres AS menyebutkan militer negara itu telah memberikan puluhan juta dolar kepada perusahaan jasa Afghanistan yang menyalurkan uang tokoh milisi Afghanistan.
Artikel di The Rolling Stone dengan judul The Runaway General (Jenderal yang Menyempal) akan mulai beredar pada hari Jumat, tapi Jenderal McChrystal cepat-cepat berusaha membatasi dampak negatifnya.
Dia menyatakan dalam sepucuk pernyataan hari Selasa: ''Saya menyampaikan permintaan maaf paling tulus atas profil ini.''
''Itu kekeliruan yang mencerminkan penilaian yang buruk dan seharusnya tidak pernah terjadi.''
Dia menambahkan: ''Sepanjang karir saya, saya hidup dengan prinsip-prinsip kehormatan pribadi dan integritas profesional. Yang tercermin dalam artikel ini meleset dari standard itu.''
''Saya menaruh hormat dan kekaguman sangat tinggi kepada Presiden Obama dan tim keamanan nasionalnya dan kepada para pemimpin sipil dan pasukan yang bertempur dalam perang ini dan saya tetap bertekad untuk memastikan ini mencapai keberhasilan,'' ujar McChrystal.
Juru bicara Nato James Appathurai mengatakan Selasa (22/6) bahwa artikel itu ''disayangkan'', tapi Sekjen Nato Anders Fogh Rasmussen 'mempercayai penuh Jenderal McChrystal' sebagai panglima Nato dan strateginya.
BBC | ANGIOLA HARRY