Produksi beras pada tahun 2009 kemarin mencapai 504.399 ton dengan kebutuhan konsumsi masyarakat mencapai 247.877 ton/tahun. “Kecukupan gizi kita ini masih di bawah standar,” ujar kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Garut, Sutarman, di ruang kerjanya, Kamis (24/6).
Menurut dia, asupan gizi energi warganya baru mencapai 1.900 kilokalori/kapita/hari atau dibawah standar 2.200 kilokalori/kapita/hari atau masih mengalami kekurangan sekitar 3.000 kilokalori. Begitu juga kecukupan gizi protein masih kurang sekitar 13 gram. Kecukupan gizi di Garut baru mencapai 39 gram/orang/hari dari standar 52 gram/orang/hari.
Akibatnya, banyak diantara warga yang kerap terserang penyakit. Selain itu kurangnya kecukupan gizi ini juga berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Tak heran bila di Kabupaten Garut masih banyak diantara warga yang hanya tamatan sekolah dasar. “Di daerah itu kebanyakan asal seubeuh (kenyang) tanpa memperhatikan gizinya,” ujarnya.
Faktor kekurangan gizi ini, kata Sutarman, diantaranya diakibatkan oleh pendistribusian pangan yang belum merata. Hal itu diakibatkan oleh infrastruktur jalan yang belum mendukung, sehingga harga kebutuhan pokok tidak terjangkau masyarakat.
Dia mencotohkan, banyak masyarakat di daerah yang tidak pernah mengkonsumsi susu, karena bahan tersebut sulit untuk didapat, kalau pun ada harganya sangat mahal.
Faktor lainnya, diakibatkan oleh kemiskinan. Tercacat sebanyak 221 ribu kepala keluarga dari jumlah penduduk Kabupaten Garut 2,3 juta jiwa, masih tergolong miskin.
Karenanya, Sutarman berjanji, untuk meningkatkan kecukupan gizi warganya, saat ini pihaknya berencana untuk membenahi sistem pendistribusian pangan sampai ke tingkat daerah. Salah satunya dengan menyiapkan armada angkutan sampai ke tingkat desa. “Kita juga akan menerpakan kebijakan penganekaragaman pangan, agar gizi masyarakat tercukupi,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Hendy Budiman menyatakan akibat kurangnya kecukupan gizi ini, kasus gizi buruk di daerahnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 lalu tercatat sebanyak 1.731 balita menderita gizi buruk. Mereka kebanyakan berasal dari golongan ekonomi lemah.
Dia berharap penangan gizi ini harus dilakukan secara bersama. Karena timbulnya kasus gizi buruk ini diakibatkan dari kurangnya kecukupan pangan dalam keluarga. “Perbaikan gizi buruk ini harus dilakukan dari hulu, kita ini hanya sebagai hilir saja,” ujarnya.
SIGIT ZULMUNIR