Hal tersebut diungkapkan Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Indonesia (APBMI), Agusman, Selasa (29/6). "Anomali cuaca yang terjadi saat ini menyebabkan produksi bawang merah di dalam negeri berkurang. Dampaknya, tentu pada ekspor produk tersebut," katanya.
Jika tahun sebelumnya ekspor bawang merah mencapai 30 ribu ton, namun tahun ini diprediksi turun dan tidak akan mencapai 20 ribu ton. "Berkurangnya produksi menyebabkan ekspor bawang merah pun terpaksa dikurangi karena permintaan dalam negeri juga tinggi," kata Agusman saat menghadiri kegiatan sosialisasi bulan bakti karantina pertanian di Desa Pabedilan, Kabupaten Cirebon.
Dengan hujan yang terus mengguyur hingga Juni telah menyebabkan tanaman bawang menjadi busuk dan mudah terserang hama. Di sejumlah sentra bawang merah di Kabupaten Cirebon dan Brebes biasanya satu bau (14 m2) lahan pertanian bisa menghasilkan sedikitnya 10 ton bawang merah sekarang hanya bisa menghasilkan 3-5 ton saja.
Merosotnya hasil panen bawang merah kali ini pun sebabkan harga bawang merah di pasaran menjadi sangat tinggi. "Jangankan di pasaran, di tingkat petani saja harga bawang merah sudah mencapai Rp 9 ribu/kg,"katanya. Padahal biasanya hanya berkisar Rp 4.500/kg dan tertinggi Rp 7.500/kg.
Seorang petani asal Desa Pabedilan Wetan, Carwan,mengaku akibat musim yang tidak menentu membuat masa tanam bawang merah yang seharusnya dilakukan Juni ini mundur. "Setelah panen bulan ini, karena cuaca yang tidak menentu terpaksa musim tanam diundur hingga Agustus," katanya.
Ivansyah