Soebagyo menjelaskan, pergerakan harga terjadi di Jakarta, Yogyakarta dan Makassar. Sementara di Bandung tidak terjadi kenaikan harga. Sementara di Yogyakarta terjadi kenaikan antara 1-5 persen pada 29 Juni lalu dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Namun di Makassar harga beras justru mengalami penurunan. Kota lain yang juga diamati adalah Medan, Denpasar, Surabaya dan Semarang. Soebagyo mengatakan pola fluktuasi harga di tiap daerah berbeda-beda. Kenaikan harga pangan tertinggi terjadi untuk produk sayuran seperti cabai, bawang, kentang, dan tomat.
Tingginya curah hujan di sejumlah daerah menjadi penyebab fluktuasi harga karena panen di beberapa daerah tidak maksimal. Meski begitu kenaikan harga di akhir bulan ini tidak sebesar bulan April lalu. Saat itu harga sayuran juga sempat berfluktuasi.
Soebagyo tidak bisa memastikan apakah harga bahan pokok akan kembali normal sebelum bulan puasa, meskipun Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan hujan akan berkurang pada akhir Juli dan panen akan kembali normal. Karena pola suplai tak hanya dari daerah tradisional tapi juga luar pulau.
Meski terjadi fluktuasi harga, pemerintah belum berencana melakukan impor untuk memenuhi stok dalam negeri dan menormalkan harga. "Masih bisa diatasi dengan suplai dari daerah pemasok nontradisional. Kalau komoditas pangan tertentu di daerah tertentu minim, misalnya Jakarta bisa dipasok dari Palembang," ujarnya.
Kementerian juga belum berniat melakukan operasi pasar, kecuali untuk beras. Pasalnya khusus untuk beras, Bulog telah memiliki mekanisme kontrol sendiri jika harga sudah naik lebih dari 10 persen. "Mereka sudah punya cara untuk mengatur harganya," katanya.
KARTIKA CANDRA