"Saya sudah menerima laporan tentang bencana kelaparan yang melanda daerah tersebut," kata Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah NTT, Angelina Mercy Piwung di Kupang, Kamis (1/7).
Menurut dia, ribuan warga tersebut telah membuat laporan terkait bencana kekeringan. Bahkan pemerintah daerah Kabupaten Nagekeo juga telah mengambil data kekeringan dan rawan pangan. Namun sampai saat ini belum ada satu bantuan yang diberikan kepada masyarakat.
"Saya minta masyarakat untuk buat proposal bantuan, dan saya siap memfasilitasinya," kata Piwung usai melakukan kunjungan kerja ke daerah tersebut.
Kondisi rawan pangan di daerah itu, menurut dia, harus segera diintervensi, guna menghindari terjadinya bencana kelaparan di daerah itu. "Kelaparan tak bisa dihindari, karena hampir semua kawasan di kecamatan itu kering dan tanaman komoditi pertanian telah mati," katanya.
Saat ini, lanjut dia, masyarakat hanya bertahan dengan makan ketela pohon (ubi kayu), tapi jumlahnya sangat terbatas. Apalagi, daya beli masyarakat sangat rendah karena tak memiliki cukup uang untuk membeli bahan makanan. "Bantuan darurat berupa beras dan usaha ekonomi produktif harus segera dilakukan," katanya.
Bantuan beras, kata dia, sifatnya darurat karena bantuan tersebut tidak akan selesaikan masalah rawan pangan yang dihadapi masyarakat di daerah itu. Sehingga ia menyarankan ada pola lain untuk membantu masyarakat berupa bantuan usaha ekonomi produktif, seperti peternakan.
Semantara itu, Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan NTT, Nikolaus Nuhan mengatakan, pihaknya telah mendata daerah yang mengalami gagal tanam dan gagal panen di seluruh NTT. "Kita akan mengintervensi bencana kekeringan di NTT secara bertahap sesuai kemampuan daerah," katanya.
YOHANES SEO