TEMPO Interaktif, Denpasar - Serangkaian Hari International Plastic-Bag Free Day, Ahad (4/7), dirayakan empat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Bali dengan meluncurkan kampanye menolak penggunaan tas plastik. Kampanye tersebut bekerja sama dengan Hypermart, Bali Galleria.
“Kantong plastik terbuat dari turunan minyak bumi, sehingga membuang atau menghambur-hamburkan kantong plastik berarti juga memboroskan sumber daya alam,” kata Yuyun Ismawati dari Bali Fokus. LSM lain yang terlibat adalah Yayasan Bali Cantik tanpa Plastik, Yayasan GUS, dan EcoBali.
Di Bali, setiap hari dihasilkan sekitar 5.000 ton sampah. Sekitar 15 persennya adalah sampah plastik, berkisar antara 600 sampai 750 ton per hari atau kurang lebih sama dengan 167 truk/hari. Tiap harinya satu supermarket besar membagikan ribuan kantong plastik pada pengunjung. Walupun tidak dipungut biaya, menurut Yuyun, masyarakat luas akan terbebani dengan biaya penanganan sampah yang ditimbulkan dan dampaknya terhadap lingkungan.
Yuyun mengatakan dari ribuan ton kantong plastik didistribusi setiap tahun, sebagian besar dibuang ke lingkungan. Kantong plastik yang hanya dipakai 5-15 menit saja tetapi baru akan terurai di alam setelah 500-1.000 tahun.
Banyak plastik ditemukan di pantai dan merusak terumbu karang dan berdampak pada perkembangan dan citra pariwisata Bali. Proses pemusnahan plastik, terutama yang mengandung PVC, dengan cara pembakaran akan menghasilkan dioxin, yang bersifat racun, dapat terakumulasi di tubuh manusia dan meningkatkan risiko kanker.
Konsep tanpa menggunakan kantong plastik sendiri sudah diterapkan oleh Hypermart Bali melalui kampanye “Hypergreen” sejak akhir 2009. “Sejak November 2009, Hypermart berhasil mengurangi volume kantong plastik yang digunakan sehari hari melalui menyediakan kardus dan tas kain,” ujar Ni Nyoman Erawati, Store Manager Hypermart.
ROFIQI HASAN