"SLA sudah ditandatangani minggu lalu, pada Jumat. Jadi seluruh proses administrasi SLA Merpati sudah selesai," kata Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Said Didu di kantornya, Senin (5/7) sore.
Dengan rampungnya SLA, menurut Said, tim teknis akan berangkat ke Cina untuk mengecek kondisi pesawat MA-60. "Nanti pesawatnya akan diberangkatkan ke Indonesia secara bertahap dua bulan sekali. Hingga akhir tahun mungkin sekitar 13 unit pesawat sudah masuk," kata dia.
Mengenai kapan pesawat tahap pertama akan tiba di Indonesia, Said mengatakan, hal tersebut tergantung pada hasil kunjungan tim teknis ke sana. "Mudah-mudahan seminggu setelah itu sudah bisa datang," ujarnya.
Nantinya, apabila terjadi babysickness atau kesalahan pabrikasi pada MA-60, Merpati akan difasilitasi layanan perbaikan gratis. "Apabila memang rusaknya fatal, maka Cina akan membeli pesawat itu kembali sesuai dengan nilai buku. Intinya Merpati tidak akan dirugikan karena kontraknya begitu," kata Said.
Adapun mengenai tambahan bantuan modal untuk Merpati senilai Rp 310 miliar dari Perusahaan Pengelola Aset, menurut Said, sedang diproses di Kementerian Keuangan. Semula, suntikan dana Rp 310 miliar tersebut akan turun pada 1 Juli lalu.
Menurut Said, bantuan dari PPA tersebut akan digunakan untuk persiapan pembukaan rute baru. Sayang, ia belum mau mengungkap mana saja titik rute baru Merpati. "Belum tahu. Saya nggak hafal," kata dia. Namun ia memastikan, 13 unit pesawat sudah disiapkan untuk rute tertentu.
Beberapa pesawat MA-60, kata Said, akan beroperasi di kawasan Timur Indonesia. Selebihnya dialokasikan di Kalimantan dan Sumatera. "Di Sumatera kan ada penerbangan jangka pendek. Seperti di Aceh, Medan, Padang."
Tak menutup kemungkinan, ujar Said, Merpati akan terbang di rute yang sama dengan Garuda. "Biarkan saja bersaing dengan Garuda. Penumpangnya banyak, kok. Kami berharap Merpati bisa menjadi feeder-nya Garuda.
ISMA SAVITRI