TEMPO Interaktif, Kupang - Persedian obat ARV (Antiretroviral) bagi penderita HIV/AIDS di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), habis. Akibatnya, penderita HIV/AIDS di daerah tersebut tidak bisa ditangani secara optimal.
Salah satu konselor HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua, dr Mega Gunawan, mengatakan, pihak rumah sakit kehabisan dan kesulitan mencari stok ARV (obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV di dalam tubuh).
"Pada bulan April saja sudah tercatat 21 orang yang terinfeksi HIV/AIDS, sementara obat ARV di RSUD Atambua stoknya habis. Kita kesulitan mencari obat tersebut," kata dr Mega yang dihubungi di Atambua, Kamis (8/6).
Menurut dia, pihaknya sudah melobi sampai ke Kementerian Kesehatan RI meminta pasokan obat ARV bagi penderita HIV/AIDS di Belu, namun hasilnya sia-sia karena persediaan obat terbatas.
“Kami sudah minta ke Depkes RI, namun belum ada jawaban hingga saat ini, karena stok terbatas. Padahal, penderita HIV/AIDS membutuhkan obat ARV cukup banyak," katanya.
Karena itu, ia berharap pemerintah daerah dapat membantu kesulitan pengadaan ARV ini. "Sudah saatnya pemerintah daerah menganggarkan pengadaan obat ARV ini, agar stok tetap tersedia setiap dibutuhkan bagi penderita HIV/AIDS," katanya.
Kabupaten Belu merupakan daerah tertinggi penderita HIV/AIDS di NTT. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Belu hingga 31 Maret 2010 tercatat 348 kasus terinfeksi HIV dan AIDS. Sementara itu, terdapat 21 orang yang terinfeksi HIV positif pada bulan April 2010 di RSUD Atambua, setelah mereka menjalani tes darah.
YOHANES SEO