"Akibatnya, saat ini muncul sinisme masyarakat dengan memelesetkan RSBI dari sekolah rintisan bertaraf internasional menjadi rintisan sekolah bertarif internasional," kata anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, Messy Widiastuti, Sabtu (10/7).
Anggota Komisi E (Bidang Pendidikan) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah ini menyatakan adanya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) terutama untuk tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas itu telah membuat biaya pendidikan menjadi sangat mahal. Ada sekolah SMP di Kota Semarang yang memungut biaya masuk ke para siswa hingga Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per siswa.
Messy meminta Dinas Pendidikan sesuai dengan kewenangannya segera melakukan evaluasi tidak hanya terhadap besarnya biaya RSBI yang dibebankan kepada siswa namun juga terhadap keberadaan dan kelayakan sekolah berlabel RSBI.
Dinas Pendidikan harus konsisten memberikan penilaian seberapa banyak sekolah RSBI yang sesungguhnya memaksakan diri untuk berstatus RSBI. Dimana label itu hanya digunakan untuk landasan yuridis bisa memungut biaya kepada para siswanya. "Dinas pendidikan juga tidak perlu sungkan untuk mengembalikan ke status sebelumnya," kata Messy.
Anggota Fraksi Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah Lilik Haryanto menyatakan sektor pendidikan yang mendapatkan alokasi dana paling besar seharusnya bisa terus menggalakan program sekolah gratis yang kini kian meredup. "Sangat ironis saat ini tiap masuk ajaran baru justru para orang tua diberatkan dengan berbagai macam pungutan yang kurang masuk akal, baik sekolah negeri maupun swasta," kata Lilik.
ROFIUDDIN