Jumlah saham perdana yang dijual ke publik adalah sebanyak 857 juta ribu lembar dan total saham yang dicatat adalah 2,8 miliar lembar saham.
Dengan harga lembar persaham Rp260, perseroan mengantongi dana segar Rp222,8 miliar. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk ekspansi bisnis perseroan yang bergerak di sektor perhotelan. "Sekitar 48 persen dipakai untuk mengambil alih satu perseroan di bidang hotel juga"ujar Direktur Utama Bukit Uluwatu, Franky Tjahyadikarta dalam paparan publiknya di Jakarta.
Perseroan yang diambil adalah PT. Bukit Lagoy Villa. Dalam pengambilalihan tersebut akan dikembangkan pembangunan 50 unit villa dan 12 residensial villa di Bintan.
Proyek yang akan mulai proses konstruksinya bulan Oktober itu akan selesai 2012. "Peminatnya ada dari luar seperti Singapura dan Malaysia yang memilih untuk berinvestasi di tempat kita karena harga yang lebih murah"kata Franky.
Sementara 12 persen dari dana yang diperoleh akan digunakan menambah 12 unit villa di Alila Ubud. Untuk sisanya sebesar 32 persen dialokasikan untuk modal anak perusahaan dalam proyek pengembangan Alila Manado.
Bukit Uluwatu tercatat di BEI dengan kode BUVA. Yang bertindak sebagai penjamin pelaksana efek adalah PT.Danareksa Sekuritas. Saat perdagangan dibuka harga saham BUVA naik 38 persen menjadi Rp360 dari harga saham pertama mereka. Pencatatan saham perdana BUVA mengalami oversubscribe sebanyak 1,5 kali.
Di tahun 2010, perseroan menargetkan peningkatan pendapatan antara 2-4 kali lipat dari pendapatan yang diperoleh di 2009 yaitu Rp45 miliar." Itu didapat dari tingkat hunian yang meningkat di bulan liburan nanti"kata Franky.
RIRIN AGUSTIA