TEMPO Interaktif, Kabul - Seorang tentara Afganistan menyerang sekutu koalisinya dengan sebuah roket granat Selasa pagi, menewaskan tiga tentara Inggris dan melukai empat lainnya sebelum melarikan diri, kata para pejabat.
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengutuk pembunuhan itu sebagai "mengerikan" namun menegaskan insiden itu tidak harus mengubah strategi kerja sama dengan tentara Afganistan.
Para pejabat mengatakan motif serangan itu tidak jelas.
Ini adalah kedua kalinya dalam delapan bulan seorang Afganistan berbalik melawan pasukan Inggris yang bermitra dengan aparat keamanan setempat. Pada bulan November, seorang polisi Afganistan menewaskan lima tentara Inggris di sebuah pos pemeriksaan -- juga di provinsi Helmand selatan, di mana serangan terjadi hari Selasa.
Polisi Afganistan di masa lalu juga menyerang tentara Amerika dan stasiun polisi mereka sendiri. Sementara serangan yang disengaja seperti itu jarang, mereka menekankan kesulitan dengan berkembang pesatnya pasukan Afganistan untuk mengambil alih tanggung jawab keamanan dari pasukan internasional.
Kritik mengatakan jadwal bergegas yang bertujuan untuk memungkinkan pasukan AS mulai menarik diri tahun depan -- membuatnya sulit untuk menyaring simpatisan pemberontak dan juga untuk benar-benar melatih pasukan Afganistan dalam disiplin militer.
Presiden Hamid Karzai dengan cepat mengirimkan surat permintaan maaf kepada pemerintah Inggris. Jenderal David Petraeus, komandan pasukan NATO di Afganistan, menyerukan persatuan di antara pasukan internasional dan tentara Afganistan dalam memerangi Taliban.
"Kami telah berkorban sangat besar bersama-sama, dan kita harus memastikan bahwa kepercayaan di antara pasukan kita tetap solid dalam rangka mengalahkan musuh kita bersama," kata Petraeus dalam pernyataannya.
AP | EZ