TEMPO Interaktif, Mojokerto - Nilai TOEFL (Test of English as a Foreign Language) para guru yang mengajar di sekolah menangah atas (SMA) yang menyandang status Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di Mojokerto, Jawa Timur, masih di bawah standar.
Seharusnya nilai standar TOEFL para guru RSBI ini adalah 450. ”Tapi saya akui saat ini rata-rata di bawah itu. Saya yang tertinggi saja hanya 430,” kata Ali Ismail, Kepala SMU Negeri 1 Sooko, Mojokerto, Kamis (15/07).
Namun demikian, nilai TOEFL itu tidak menjadi syarat utama untuk bisa mengajar di kelas RSBI ini. Pertimbangan utama, kata dia, adalah kemampuan guru bersangkutan terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Guru RSBI harus menguasai mata pelajaran dengan kurikulum berstandar nasional dan internasional.
Hal sama juga diungkapkan Arifin Subkhi, Kepala SMU Negeri 2 Mojokerto. Di sekolahnya baru ada satu guru yang nilai TOEFL Bahasa Inggrisnya sesuai dengan standar. Sebab itu, kini guru-guru yang mengajar di RSBI diwajibkan mengikuti kursus Bahasa Inggris, menyesuaikan dengan tuntutan profesi. ”Bukan hanya siswa saja yang belajar, tapi guru juga,” ujarnya.
Menurutnya, untuk berstatus Sekolah Berstandar Internasional (SBI) ini ada jenjangnya. Pertama adalah sekolah reguler, lalu sekolah berstandar nasional, kemudian menjadi RSBI, dan terakhir baru SBI. Saat ini hanya beberapa sekolah yang bisa menyandang status RSBI. Dalam fase ini, guru dan murid sama-sama belajar, melakukan penyesuaian kurikulum pendidikan.
Baru setelah guru menguasai kurikulum dan syarat yang ditentukan, status sekolah dinaikkan menjadi SBI. ”Prosesnya agak lama, tapi itulah kebijakanya,” kata dia.
Sekretaris Komisi D Bidang Pendidikan dan Kesejahteraan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mojokerto, Ayni Zahroh, menganggap rendahnya kemampuan Bahasa Inggris para guru itu sebagai bentuk ketidaksiapan sekolah dalam menghadapi program ini. Idealnya, kata dia, sebelum masuk menjadi RSBI, sekolah bersangkutan menyiapkan diri sebaik mungkin.
”Sehingga saat statusnya naik sudah siap. Kalau seperti ini kan kasihan siswa,” ujarnya. Ia melanjutkan, sebaiknya pemerintah, mulai pusat, provinsi, hingga daerah segera melakukan evaluasi terkait masalah ini, termasuk pemerintah Mojokerto. ”Bahasa Inggrisnya juga harus ditata. Saat menyandang RSBI, gurunya juga harus menguasai bahasa asing.”
MUHAMMAD TAUFIK