TEMPO Interaktif, Jakarta -Penerbitan surat utang diperkirakan meningkat pada semester kedua 2010. "Kondisi ekonomi masih baik dan rupiah stabil memicu hal ini," kata Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia Ronald T Kasim hari ini.
Penerbitan meningkat karena tingkat kepercayaan pasar membaik. Hal buruk yang ditakutkan oleh pasar ternyata tidak terjadi. "Pada semester satu orang khawatir dengan dampak krisis Yunani, tapi hingga saat ini belum terasa dampaknya," kata dia.
Pada semester kedua 2010 diperkirakan akan terbit surat utang sejumlah Rp 18,74 triliun. Bank menjadi penerbit terbesar dengan Rp 5,75 triliun disusul perusahaan pembiayaan sebesar Rp 5,5 triliun dan telekomunikasi serta infrastruktur masing-masing Rp 3 triliun.
Pada semester pertama 2010 jumlah total penerbitan surat utang baru sebesar Rp 14,15 triliun. Perusahaan pembiayaan menjadi penerbit terbanyak dengan jumlah Rp 6,3 triliun atau 44,6 persen. Posisi kedua ditempati oleh bank sebesar Rp 3,35 triliun.
Perusahaan pembiayaan, perbankan , dan infrastruktur dinilai wajar jika memiliki lebih banyak surat utang. Sebab, tiga jenis perusahaan ini memberikan pinjaman dan investasi jangka panjang. "Likuiditas akan terancam jika dana bersumber dari dana jangka pendek," kata dia.
Posisi total penerbitan surat utang hingga Juni 2010 sebesar Rp 99,87 triliun. "Tahun 2010 diperkirakan total sebesar Rp 33 triliun," kata Ronald.
FAMEGA SYAVIRA