Menurutnya, sebanyak 400 ribu UMKM di DI Yogyakarta dipastikan terkena dampak langsung kenailan TDL ini. Onkos produksi naik 15 persen hingga 20 persen. Banyak UMKM yang sudah terpuruk karena kalah bersaing dengan produk impor dari Cina akan makin terpuruk.
”Kami masih berjuang untuk pembatalan kenaikan tarif dasar listrik. Ini sangat mencekik pengusaha kecil,” kata Prasetyo Atmosutejo, Jumat (16/7). Paguyuban pengusaha kecil, lanjutnya, akan menemui Gubernur DI Yogyakarta untuk meminta perlindungan agar UMKM tetap mampu bertahan.
Baca Juga:
Berdasarkan sensus 2006, kata Prasetyo, 99 persen unit usaha di Yogyakarta adalah UMKM. Jika UMKM terpuruk maka perekonomian Yogyakarta tentunya akan memburuk.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Permebelan Indonesia (API) DI Yogyakarta Jadin Jamaluddin mengaku sangat geram dengan kenaikan TDL ini. Menurutnya, sekitar 30-an industri tekstil yang ada di Yogyakarta terancam tersendat berproduksinya jika kenaikan tarif listrik tidak ditinjau lagi.
Jadin mengatakan perlunya pengkajian kembali kenaikan tarif ini karena kenaikannya menurut hitungan produsen tekstil dengan hitungan pemerintah (PLN) sangat berbeda. “Waktu ada kabar kenaikan TDL, asumsi kami masih bisa ditoleransi, tetapi ternyata kenaikan untuk TDL industri tekstil mencapai 35 persen, apakah pemerintah akan menghancurkan industri tekstil,” kata Jadin.
Dipastikan, ongkos produksi akan naik hingga 20 persen dari sebelumnya. Padahal kondisi perstekstilan di Yogyakarta belum sepenuhnya pulih akibat gempa 2006 yang lalu. “Saya akan menemui PLN supaya hitungan kenaikan bisa diterima para produsen tekstil, kami jelas menolak kebijakan kenaikan TDL,” ujarnya.
MUH SYAIFULLAH