TEMPO Interaktif, Gorontalo - Populasi binatang khas Sulawesi, anoa (Bubalus depressicornis), di kawasan hutan Gorontalo, terus mengalami penyusutan. Populasi anoa di tiga hutan yang ada di Gorontalo, yakni Suaka Margasatwa Nantu, Cagar Alam Panua, dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, diperkirakan hanya 450 ekor.
”Di hutan Nantu jumlah maksimal anoa 100 ekor, hutan Panua 50 ekor, dan di taman nasional Bogani Nani Wartabone jumlah anoa maksimal 300 ekor,” kata Abdul Haris Mustari, peneliti anoa dari Institut Pertanian Bogor, kepada Tempo, Sabtu (17/7).
Menurutnya, populasi anoa yang menyusut drastis dibandingkan dengan beberapa tahun lalu itu diakibatkan oleh perburuan liar manusia untuk mendapatkan daging anoa. ”Biasanya daging anoa banyak diburu untuk dikonsumsi. Namun tidak dijual secara terbuka, melainkan door to door,” kata dosen pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB itu.
Abdul Mustari mengatakan aparat setempat tidak serius menangani perburuan liar anoa di kawasan itu. Bahkan hingga saat ini, kata dia, tak satu pun pemburu anoa yang pernah ditangkap.
Ia menambahkan, untuk populasi anoa di seluruh Sulawesi bahkan jumlahnya tidak lebih dari 5.000 ekor. Salah satu predator alami yang menyebabkan anoa terancam, kata dia, adalah ular phyton yang suka memangsa anak anoa atau anoa muda. Selain itu, anoa juga Jarang melahirkan, yakni hanya satu anak per kelahiran. ”Namun predator utama anoa adalah manusia,” tandasnya.
Untuk melindungi anoa dari ancaman kepunahan, kata Haris, pihaknya akan menggelar pertemuan untuk menyusun strategi dan rencana aksi konservasi anoa yang akan diselenggarakan di Bali pada tanggal 19-24 Juli 2010 mendatang.
Jemi Monoarfa, aktivis lingkungan yang ada di Gorontalo, mengatakan perburuan anoa di kawasan hutan konservasi di daerah itu sering kali terjadi. Namun sangat sulit mendeteksi perburuan binatang yang dilindungi tersebut.
Jemi mengatakan saat ia mendampingi Abdul Haris Mustari melakukan penelitian anoa dari tahun 2001 hingga 2003, ia banyak menemukan warga mengkonsumsi daging anoa di daerah perbatasan Suaka Margasatwa Nantu dengan kawasan hutan Papualangi, di Desa Cempaka Putih, Kabupaten Gorontalo Utara.
”Warga menganggap anoa adalah sapi hutan yang boleh diburu dan dikonsumsi. Tapi mereka enggan menyebutkan dapat dari mana daging anoa itu,” ungkap Jemi.
CHRISTOPEL PAINO