TEMPO Interaktif, London-World Development Movement, kelompok kampanye anti kemiskinan berbasis di Inggris, mendesak pemerintah Inggris membuat peraturan mengenai harga bahan pangan yang dijual di pasar.
Peraturan ini untuk menstabilkan harga bahan pangan. Sejak krisis finansial global merebak pada 2008 lalu, harga bahan pangan melonjak tajam.
Kelompok antikemiskinan ini menginginkan Inggris memimpin negara-negara di Uni Eropa dalam pembuatan peraturan mengenai harga bahan pangan seperti yang sudah dilakukan pemerintah Amerika Serikat.
Undang-undang mereformasi Wall Street, yang dihasilkan Senat pekan lalu, termasuk didalamnya mengatur soal perdagangan komoditas bahan pangan.
Kelompok kampanye anti kemiskinan ini menuding perbankan sebagai penyebab munculnya krisis finansial yang berdampak pada gejolak harga bahan pangan.
Saat krisis terjadi, ujar kelompok ini, perbankan mengalirkan dananya untuk komoditas gandum dan jagung. Sebaliknya, perbankan berargumen bahwa kenaikan harga bahan pangan disebabkan meningkatnya permintaan dari Cina dan penggunaan biofuel.
“Perbankan membuat mahalnya harga kopi, cokelat, dan roti,” kata kelompok kampanye antikemiskinan tersebut. Sehingga sebagian besar masyarakat miskin menderita.
Kelompok antikemiskinan ini menegaskan hak bagi masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan dan mengakhiri kebijakan yang menyengsarakan.
Di Indonesia, kenaikan harga pangan mulai terjadi pada Juni lalu. Gejolak harga bahan pangan berlanjut hingga bulan ini. Menurut pemerintah, penyebabnya adalah cuaca yang tidak baik sehingga panen gagal.
BBC I MARIA