TEMPO Interaktif, Makassar - Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Muhammad Restu, mengatakan setiap tahunnaya sekitar 20 ribu hektare lahan hutan di Sulawesi Selatan terdegradasi. Ini disebabkan oleh aktivitas perluasan lahan perkebunan dan illegal logging.
"Hasilnya saat ini ada 600 ribu lahan kritis," kata Restu di sela seminar pembangunan kesatuan pengelolaan hutan di Hotel Santika, pagi tadi dengan tema "Mengakselerasi Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan: Sulsel Membangun Road Map KPH Berbasis Masyarakat."
Karena lahan kritis semakin meluas, pada Oktober ini Universitas Hasanuddin akan melakukan pengijauan di sejumlah kawasan di Sulawesi Selatan. "Kami akan lakukan dengan melakukan air seeding, yaitu menyebar bibit dari udara," ucap Restu.
Dia menjelaskan, air seeding dilakukan dengan melempar sejumlah bibit yang ditaruh dalam sejenis bola tanah liat. "Akan ada puluhan ribu bola yang akan kami sebar di 10 ribu hektar lahan," kata dia.
Penghijauan ini rencananya dilakukan pada lahan di Kabupaten Enrekang, Toraja, Bone, Pinrang, dan sejumlah lahan lain. Proyek tersebut akan didanai oleh pemerintah daerah, dan Departemen Kehutanan.
"Kegiatan ini sangat penting karena hutan sangat berkaitan dengan kehidupan," kata Idrus Paturusi, Rektor Universitas Hasanuddin.
Dia mencontohkan, kebutuhan akan listrik sangat berkaitan dengan perlindungan hutan. "Hutan menyimpan sumber air yang dibutuhkan pembangkit listrik tenaga air, contohnya yang dibutuhkan di Bakaru," ucap Idrus.
Fadhilah Nazif