“Pada 2009 ekspor produk kerajinan Indonesia sebesar US$ 568,8 juta, turun 0,3 persen dari tahun sebelumnya, tetapi awal 2010 sudah mulai bergeliat lagi pascakrisis global,” kata Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Hesti Indah Kresnarini, saat pembukaan pameran Texcraft ke 6 2010, di Jogja Expo Center hari ini.
Ia menjelaskan, pada periode Januari –Maret 2010, nilai ekspor sudah mencapai 18,25 persen dibandingkan periode yang sama sebesar US$ 143 juta. Negara tujuan ekspor kerajinan adalah Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Australia.
Nilai ekspor tekstil juga mengalami penurunan dibandingkan 2008 lalu. Pada 2009, nilai ekspor tekstil turun sebesar 8,67 persen dibandingkan 2008 lalu yaitu sebesar US$ 9,26 miliar. Namun demikian, pada periode Januari-Maret 2010 mulai menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu naik sebesar 18,85 persen atau sebesar US$ 2,56 miliar pada 2008 lalu.
Pameran Texcraf selain diikuti perajin lokal, juga perajin asing seperti Kerajaan Trengganu dari Malaysia. Abdul Razak bin Sulaiman, perwakilan dari Trengganu menjelaskan, produk kerajinan dan tekstil dari Indonesia sangat diminati di Malaysia, mengalahkan produk lokal. Tetapi pemerin tah Malaysia mulai memproteksi produk-produk lokal dengan membatasi produk dari Indonesia.
“Kami menyebut batik Jawa yang sangat diminati oleh orang Malaysia, dengan keikutsertaan kami, iini untuk mempererat hubungan bisnis langsung kepada produsen,” kata Abdul Razak.
Menurut Indah Rahayu Murnihat iselaku panitia pameran , ajang ini bisa menjadi jembatan bagi produsen lokal untuk meningkatkan kualitas produk yang bisa bersaing di dunia internasional. “Para produsen tekstil dan kerajinan bisa lebih inovatif membuat produk yang laku di pasaran internasional,” kata dia.
MUH SYAIFULLAH