TEMPO Interaktif, Jakarta -Direktur Utama PT PLN (Persero) Dahlan Iskan menilai kenaikan tarif dasar listrik (TDL) tahun ini memang luar biasa rumit. Dari kenaikan ini, sebanyak 8 juta pelanggan harus memikul beban listrik 32 juta pelanggan lainnya dengan kenaikan rata-rata 10 persen dengan batas atas-bawah sebesar 18 persen.
Mereka juga menanggung hilangnya tarif dayamax dan multiguna sebesar Rp 12 triliun. "Saya bayangkan ini akan ruwet sekali," kata Dahlan dalam gelar pers bersama kalangan pengusaha di Kantor Pusat PLN hari ini.
Baca Juga:
Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi mengatakan, kenaikan TDL tahun ini adalah sebagai win-win solution atas sengkarut subsidi listrik tahun ini. Hal ini dinilainya sebagai masa transisi untuk menutup kekurangan subsidi Rp 4,8 triliun. "Kami harus menerima kebijakan ini meski dengan berat hati," ujarnya.
Ia berharap kejadian seperti ini tidak akan terjadi di tahun mendatang. "Pemerintah jangan seenaknya menentukan kebijakan, harus dikomunikasikan terlebih dulu dengan pengusaha," kata Sofjan.
Ketua Umum Kadin Adi Tahir menyatakan, prihatin tentang kenaikan TDL tahun ini. Menurutnya, seharusnya subsidi listrik tidak dibebankan ke PLN karena hal itu politik anggaran pemerintah. "Kami menerima TDL dengan prihatin, dan mengimbau para pengusaha untuk dapat menerimanya."
Sofjan menegaskan, sesungguhnya kenaikan tarif listrik secara gradual bisa ditanggung oleh kalangan pengusaha, asalkan pemerintah mengkomunikasikan dengan baik ke pengusaha. Ia juga mengimbau agar PLN bisa memberikan keleluasaan bagi pengusaha-pengusaha kecil agar bisa mencicil pembayaran listrik untuk 2-3 bulan ke depan. "Nanti akan ada banyak tanggungan seperti THR dan lain lain. Jadi agar cashflow perusahaan lancar," katanya.
MAHARDIKA SATRIA HADI