TEMPO Interaktif, Jakarta - Rektor Institut Teknologi Bandung Akhmaloka memastikan meninggalnya mahasiswa Program Studi Teknik Kelautan Frans Norman Efram karena faktor kesehatan.
"Dia meninggal karena asma, bukan karena ospek," ujar Akhmaloka saat dihubungi Tempo petang ini (23/7).
Menurut dia, kampus telah menghubungi orang tua Frans di Banjarmasin. Dari situ diketahui penyakit asma Frans semakin berat sejak tiga bulan terakhir. "Kondisi kesehatannya menurun sejak tiga bulan terakhir."
Frans sendiri baru berada di Bandung selama seminggu. Sebelumnya dia berada di Banjarmasin untuk liburan akhir semester. Pada Kamis siang (22/7) Frans mengungkapkan ingin ikut dalam kegiatan persiapan penyambutan bagi mahasiswa baru ITB dan memaksakan diri ke kampus.
Selama di kampus, mahasiswa angkatan 2009 ini sempat beberapa kali mengalami sesak nafas. "Teman-temanya sudah meminta dia memeriksakan diri ke dokter namun dia menolak."
Pada pukul 18.00 teman-teman Frans akhirnya membawa Frans ke poliklinik kampus. Karena tak kunjung membaik, petugas medis merujuk Frans untuk dibawa ke Rumah Sakit Boromeus yang lokasinya tidak jauh dari kampus.
Setelah mendapat perawatan intensif, Frans akhirnya menghembuskan napas terakhir di Boromeus. "Dia meninggal pukul 20.00 di RS Boromeus," tutur Akhmaloka.
ITB sendiri mengantarkan langsung jenazah Frans ke rumah orang tuanya di Banjarmasin hari ini (23/7). "Sekarang jenazahnya sudah sampai di Banjarmasin."
Lebih jauh Akhmaloka memastikan kegiatan penerimaan mahasiswa baru di ITB berupa pelatihan yang bersifat menambah wawasan mahasiswa baru terhadap lingkungan kampus. Semua kegiatan berada dalam kendali pihak rektorat dan sebagian besar diisi dengan materi pengembangan diri. "Kita juga mengundang Kuntoro Mangkusubroto untuk memberi pelatihan," katanya.
Akhmaloka menegaskan kampusnya tidak mengenal ospek yang mengancam kesehatan dan keselamatan mahasiswa. "Kita tidak mengenal penggojlokan seperti itu."
WILLIAM