TEMPO Interaktif, Makassar - Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar Mahmud B.M. berjanji mengusut kasus dugaan penggelembungan nilai siswa baru Sekolah Menengah Atas Negeri 2. Sejumlah siswa yang tidak lulus tes di sekolah unggulan di Kota Makassar ini diterima setelah nilai ijazahnya di-markup.
"Saya belum menerima laporan masyarakat maupun dari internal sekolah. Namun pembentukan tim investigasi dimungkinkan untuk mengecek dugaan tersebut. Jika benar, tentu akan ada sanksi," ujar Mahmud kemarin.
Kasus penggelembungan nilai itu diungkap oleh salah satu guru SMA Negeri 2. Guru tersebut datang ke kantor Tempo, Jumat pekan lalu. Ia menyerahkan beberapa dokumen, di antaranya daftar siswa berinisial Map dan Mar. Karena nilai ijazah dan nilai tes tak mencukupi untuk diterima di SMA Negeri 2, angka ujian akhir nasional mereka didongkrak.
Guru tersebut memaparkan nilai bidang studi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris siswa Map, yakni 8,00 dan 7,80, kemudian dikatrol, masing-masing menjadi 8,40 dan 8,80. Nilai bahasa Indonesia dan ilmu pengetahuan alam siswa berinisial Mar, yaitu 7,80 dan 8,00, juga disulap menjadi 8,80 dan 8,75. Sehingga keduanya masuk daftar siswa yang diterima, yang semula skornya 13 koma sekian menjadi minimal 15,11.
Mahmud akan sangat berhati-hati dalam mengungkap perkara ini. Jangan sampai, kata dia, siswa yang sudah mulai belajar menjadi korban. "Bisa saja ada motif tertentu yang bertujuan mengacaukan kegiatan belajar sekolah," katanya, khawatir.
Orang tua siswa Map saat dihubungi Tempo menampik kabar bahwa anaknya diterima di SMA Negeri 2 dengan cara nilainya didongkrak. "Semenjak di bangku SMP, anak saya sering mendapat ranking. Ketika mengikuti seleksi masuk SMA Negeri 2 hasilnya baik, di atas standar yang ditetapkan," kata ibu yang minta namanya tak disebut itu.
Jumlah siswa yang nilainya digelembungkan mencapai 48 anak. Awalnya, skor rata-rata mereka sekitar 13,00, tapi kemudian diubah menjadi minimal 15,00. Angka inilah yang dipakai syarat oleh panitia seleksi untuk menentukan siswa yang diterima di SMA Negeri 2.
Kejanggalan lain yang ditemukan dalam penerimaan siswa baru SMA Negeri 2 adalah calon siswa yang nilai tes seleksinya rendah ternyata diluluskan berdasarkan keputusan kepala sekolah. Mereka yang menikmati kebijakan khusus pemimpin sekolah ini berjumlah 13 siswa.
Zainuddin Saleh, sekretaris panitia penerimaan siswa baru SMA Negeri 2, mengakui ada siswa baru yang sebenarnya tidak lulus seleksi. Menurut dia, panitia tidak ikut campur soal ini. "Itu sepenuhnya kewenangan kepala sekolah. Beliau semua yang atur tentang hal tersebut," kata Zainuddin.
Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Makassar Abdul Wahab mengatakan belasan siswa yang tidak lulus seleksi kemudian dinyatakan diterima karena untuk memenuhi kuota. Tahun ini, kata dia, sekolah unggulan di Jalan Baji Gau, Makassar, itu menerima 288 murid baru.
Angka tersebut sudah termasuk tujuh siswa yang dinyatakan tidak naik kelas. Jumlah pendaftar sebanyak 1.011 calon siswa, mereka memperebutkan 281 kursi yang tersedia. "Tujuh siswa yang dinyatakan tinggal kelas itu pindah," kata Abdul Wahab ketika dimintai konfirmasi oleh Tempo.
Pengisian bangku kosong itulah yang menjadi wewenang penuh atau hak prerogatif dirinya untuk menentukan siapa siswa yang diterima. Abdul Wahab tidak menjelaskan kriteria siswa susulan yang diterima. "Saya punya hak penuh mempertimbangkan dan menentukan siapa siswa yang bisa diterima," kata dia.
Menurut Wahab, kriteria siswa baru susulan tidak diatur oleh dinas pendidikan karena memang diserahkan kepada kepala sekolah untuk mengaturnya. Alasan menerima 13 siswa tidak lulus tes itu, kata dia, karena mereka yang pertama kali mendatangi sekolah. Soal isu adanya kedekatan orang tua siswa dengan dirinya, Abdul Wahab menjawab, "Hal tersebut tidak menjadi prioritas."
Ihwal penggelembungan nilai, dia membantahnya. "Saya tidak tahu itu. Seleksi masuk ke SMA Negeri 2 sangat ketat dan tidak mungkin panitia mau melakukan perubahan nilai," ujar Abdul Wahab, menepis.
MUH SOPHIAN AS | ABDUL RAHMAN